SULUK JAGAD: "Alam terkembang jadi Ayatullah, Ayatullah terkembang jadi Guru". Selamat datang, ayo bergabung! Salam Rahayu, Sagung Dumadi! dari Paguyuban Budhiroso Sejati. Pertanyaan, kritik dan saran, harap ditujukan langsung ke roosdiansyahpribadi@gmail.com. Donasi mohon ditransfer ke Bank Mandiri Norek 140-00-1351363-6
Selasa, 29 Juni 2021
Negeri Atas Air
Senin, 28 Juni 2021
Korupsi? No Way...
Minggu, 27 Juni 2021
Apa Itu Suluk Jagad ?
Jumat, 25 Juni 2021
Gerakan Islam Minimalis (Islam Wektu Siji)
Dari jutaan pemeluk Islam di
Indonesia, berapa yang mengamalkan sholat 5 waktu? Pasti sedikit, tidak lebih
dari 20% atau malah kurang. Ya, sholat memang ibadah yang –entah kenapa orang
pada malas melakukannya. Bisa dengan alasan sibuk atau alasan tetek bengek
lainnya. Lalu dalam tulisan saya kali ini ingin membangkitkan gairah sholat
bagi pemeluk Islam yang belum melaksanakan sholat sama sekali. Saya menamakan
gerakan ini sebagai Gerakan Islam Minimalis atau Islam Wektu Siji, atau Islam
sholat 1 (satu) kali sehari saja, tidak 5 kali karena itu masih terlalu berat. Nanti
diharapkan setelah mencoba sekali dan mampu menikamti lekezatan sholat, maka
yang bersangkutan akan menambah porsi sholatnya sehingga bisa 5 kali sehari.
Apa alasan gerakan ini saya sampaikan kepada sampeyan yang belum sholat, agar
jumlah pemuluk "Islam KTP" di Indonesia berkurang dan membuat dunia Islam semakin
semarak. Menilik sejarahnya Rosul Muhammad wahyu perintah sholat oleh Allah
menurut Al-quran tidak menyertakan jumlah serta waktunya. Sholat dengan 5 waktu
(Subuh, dhuhur, ashar, magrib dan Isya) adalah murni gagasan pribadi Rosul.
Oleh karena gagasan, maka jumlah waktu itu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi bangsa Arab saat itu. Perlu diketahui bahwa saat turunnya Islam terjadi pada saat jaman kebodohan|(jahiliyah)
dan situasi perang dengan kaum quraish yang memerangi dakwah. Coba kita
perhatikan, bukankah cara berbaris dalam sholat dengan 1 imam didepan itu mirip
dengan barisan perang? Dan alasan seruan adzan 5 kali sehari itu mungkin dibuat
sebagai latihan komando untuk berperang
melawan nafsu. Mari kita sholat, agar bila nantinya pengadilan akherat itu ada,
maka kita sudah siap, bila ternyata orang mati tak dapat dibangkitlkan kembali
untuk dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya selam hidup didunia, kita tidak
rugi, hitung hitung sholat kita itu, untuk relaksasi spiritual/meditasi. Sekian
dan Ihdinas sirothol mustakim.***
Kamis, 24 Juni 2021
Maaf, Ya Alloh !
Hujan baru saja berhenti.
Tanah masih lembab dan becek disana sini.
Becek yang membawa berkah suasana – dingin senja.
Sementara, orang pada malas keluar rumah.
Apakah mereka menghangatkan diri di kamar, gelisah?
Sungguh hening suasana.
Rembulan purnama yang menjadi saksi.
Kebisuan alam.
Terkadang melintas kelelawar di atas atap.
Apa gerangan yang kau cari, wahai sahabat malam ?
Bermandi cahaya rembulan itu, aku bersemedi.
Meditasi untuk
mencari jati diri.
Dupa sudah kunyalakan.
Baunya menebarkan magis, sampai ketulang sumsum.
Cahaya remang rembulan, memaksaku menatap langit.
Awan masih tersisa, terserak, menggumpal menebarkan kedamaian.
Sementara nun jauh disana.
Dirona temaram cahaya rembulan, menerangi atap genting,
Yang basah dan dingin seperti embun diujung daun.
Tiba tiba terdengar suara adzan subuh dari corong masjid.
Tapi aku relakan tidak sholat pagi ini - ampuni aku Tuhan.
Hanya kuganti dengan eling dan dzikir Al Iqra', sebagai gantinya.
Ya Allah Ya Jibril Ya Rosul Ya Salam lalu baca Al- Fatihah 4x
Dalil eling pada Allah QS Ali Imran 191:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
$$$
Prinsip Lelaku Tasawuf Budhiroso
Apa itu Tasawuf Budhiroso?
Zikir Al-Iqro
Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz dzikir. Dzikir aliran kebathinan Budhiroso yang paling utama adalah dengan menyebut asma Allah, malaikat Jibril dan nama diri pribadi, misalkan Ya Allah Ya Jibril Ya Rosul Ya Joko (misalkan nama anda Joko)
Fikr (Meditasi)
Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke
dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan
kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Meditasi dalam
kebathinan Budhiroso adalah Meditasi Samadi, meditasi Alowo dan Meditasi Obori..
Sahr (Bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan
kesadaran mata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati,
dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Budhroso menyarankan
untuk bangkit memberi pitutur atau saran untuk menuju kebaikan bersama.
Ju'i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan
mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang
mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Berhentilah makan
sebelum kenyang, sebab sumber segala penyakit adalah isi perut.
Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini
merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan
eksternal menuju Tuhan. Sempatkan bersunyi diri, sejenak hindari keramaian.
Coba layari dunia dalam gelap/sunyi, dengarkan nyanyian alam yaitu suara angin,
suara belalang dan jengkerik dimalam hari.
Shawm (Puasa)
Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Dengan berpuasa akan terasa nikmat makanan pemberian Allah.
Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal
dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain
atau di tengah orang banyak. Budhiroso memilih jalan bertafakur, menghayati kehidupan
yang telah dijalani. Untuk selanjutnya melangkah lagi menjadi lebih baik.
Khidmat ( Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa
untuk pelayanan dan pertumbuhan diri. Penganut kebathinan Budhiroso harus
terbuka pada orang yang sedang mencari kebenaran. Bisa memberikan kerelaan diri
untuk berbagi nilai nilai kehidupan.
(Disadur dan diolah dari Profesor Angha dalam The Hidden
Angels of Life)
Kamis, 06 Mei 2021
Pancasikep Kejawen
1. Memayu Hayuning Bawana : Kepedulian untuk menjaga kelestarian alam dengan cara menghijaukan planet bumi agar tidak rusak perlahan.
2. Manunggaling Kawula Lan Gusti: Suatu sikap perilaku tentang kemanunggalan antara atasan dengan bawahan atau antara majikan dengan buruh.
3. Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mbangun Karsa, Tutwuri Handayani: Suatu sikap perilaku sopan santun kepemimpinan dalam organisasi/kelompok, yaitu
Ing Ngarso Sung Tulodho, maknanya: “ Bila menjadi atasan harus bisa menjadi panutan bagi bawahannya”
Ing Madya Mbangun Karsa, maknanya : “ Bila posisinya ditengah harus mampu membangun gagasan/ide”
Tutwuri Handayani, maknanya : “Bila posisinya dibelakang, harus menjadi pengikut yang mampu memberikan kekuatan dan semangat"
4. Setya Tuhu Lan Sadu: Ilmu tentang bagaimana menjadi pekerja yang baik.
Setya artinya kesetiaan, maksudnya pekerja yang baik harus memiliki kesetiaan pada pekerjaan yang diembannya.
Tuhu artinya kesungguhan, maksudnya
pekerja yang baik harus bersungguh sungguh dalam menekuni pekerjaannya.
Sadu artinya kerendahan hati, maksudnya pekerja yang baik harus memiliki kerendahan hati dihadapan publik.
5. Tanggap Ing Sasmito: Ilmu tentang kemampuan membaca rasa/perasaan artinya tahu diri lalu bereaksi peduli akan keadaan sekitar atau pesan didekatnya atau yang disampaikan.
Selasa, 04 Mei 2021
Bertemu Pak Gentong
Malam itu, setelah aku ber-semedhi di kamar, aku selanjutnya
mencari sepi keluar rumah, menuju area persawahan yang jaraknya kira kira 200
meter. Luas wilayah persawahan ini merupakan sisa wilayah hijau di Kelurahan Kedurus
yang masih tersisa. Semoga saja wilayah hijau ini tidak turut tergusur,
sehingga masih bisa bermanfaat sebagai wilayah rehat bagi penduduk sekitarnya.
Bila sore tiba, maka jalanan menuju area pesawahan biasanya dikunjungi anak
anak muda remaja nongkrong bercengkerama membuang waktu ada juga beberapa orang
membawa keluarganya untuk berwisata
rehat melihat area pesawajhan yang mulai menyusut di tanah Jawa. Para petani
penggarap sawah tinggal diwilayah itu dengan mendirikan rumah berdinding bambu ditepi
jalan menuju pekuburan Bogangin itu. Diantara para petani itu ada yang kukenal,
yaitu Pak Gentong namanya. Jangan membayangkan Pak Gentong bertubuh gemuk besar
seperti sebuah gentong,
justru berlawanan dengan namanya, beliau bertubuh kurus dan agak ringkih.
Walaupun begitu semangatnya dalam mengolah sawah sungguh luar biasa. Ia bisa
mencangkul seharian tanpa mengeluh. Malam itu disinari temaram bulan purnama,
beliau duduk ditepi sawah beralaskan tikar, lalu aku lewat bersepeda. Beliau
menyapaku dan mempersilahkan berhenti mampir untuk bercengkerama. Aku turun
dari sepeda lalu duduk bersila, saling berhadapan. Rupanya secara diam diam ia memperhatikan aku
yang sering bermeditasi menghadap sawah. Ia lalu bertanya padaku, apakah sedang mencari petunjuk dari Gusti Alloh?
Kujawab bahwa aku sedang bersemedi untuk menyelaraskan pola pikirku dengan
gerak alam sekitar. Entah siapa yang memberi tahu bahwa aku sedang mencari
petunjuk untuk membuat logo perkumpulan kebatinan yang aku dirikan. Yang jelas
tiba tiba saja aku diberi wejangan agar selalu rendah diri dan menghindari
pertengkaran, sampeyan pek nisore wae,
yang artinya ambil sikap membawahi saja jangan jumawa, kudu andap asor tepo seliro marang liyan (jangan sombong,
harus merendahklan diri pada orang lain). Alhasil, Pak Gentong menyarankan lambang burung garuda, sebagai ikon perkumpulan kebathinan Paguyuban Budhiroso Sejati.
Lalu aku berpikir dan berkreasi dengan lambang itu, maka jadilah “Bintang Bersayap
Elang” sebagai hasil akhirnya lambang ini bermakna “bahwa kekuatan spiritual
(bintang) harus mengelana jauh (terbang) mencari kesejatian diri pribadi menuju
kepribadian asli yang kokoh”