Sesajen
berasal dari kata "saji" lalu menjadi "sajen" yang artinya "pemberian", sesajen biasanya berupa makanan, hasil palawija. Sesajen bisa diberikan pada saat perayaan kematian seseorang atau saat perayaan hari besar Jawa. Upacara ritual pemberian sesajen bisa bersifat pribadi/dilakukan sendiri atau secara kumpulan bersama masyarakat. Sesajen bisa juga dimaksudkan sebagai pengakuan akan adanya roh penunggu/penguasa wilayah tertentu (sawah, sumur tua, candi dll), sebagai ucapan syukur atau perangkat pelengkap ritual kepercayaan. Contoh upacara pemberian sesajen adalah upacara petik laut atau larung sesaji
Wadal
Sedangkan "Wadal" adalah sesajen yang berupa "hewan/ benda hidup" yang dimatikan misalkan menyembelih ayam cemani (hitam), menyembelih kerbau untuk diambil kepalanya dll, gunanya untuk mengusir roh jahat/hantu atau untuk syarat pendirian bangunan, menolak bala, ruwatan. Wadal bisa diminta oleh Danyang/Demit/Siluman/Jin penunggu wilayah yang akan dibangun jembatan/gedung. Wadal yang ini biasanya berupa orang yang meninggal tiba tiba atau terjatuh karena kecelakaan.
Akan berakhir dimana sebuah
kesombongan? Penyesalan tentu. Apa yang nampak besar awalnya ternyata keliru.
Pada kenyataannya “kesombongan” itu teramat rapuh dan sumir. Dan celakanya
ketika seorang manusia menerima begitu banyak sembah-sujud dari sesamanya, tak
sadar ia bahwa diantara yang datang itu ternyata tidak tulus. Kebanyakan hanya
bersifat kamuflase agar belangnya tak terketahui. Sifat alami manusia : manusia
serigala bagi lainnya – homo homini lupus. Itu suatu kesalahan social, karena
si dia diberi kesempatan berkuasa dan dipuja. Jadinya dia merasa besar dan
kuasa atas segala hal. Absolut. Tapai apa lacur, yang merasa besar itu ternyata
rapuh dan gampang terpatahkan bila terkena pengapesannya (kena batunya). Ambil
contoh pada para dictator politik semisal Hitler, Mussolini, Saddam Husein,
Moamar Khadafi dan masih banyak lagi. Mereka tumbuh dibesarkan oleh kebengisan
dan kesombongan, tapi kemudian jatuh terjerembab ke lembah kehinaan yang paling
dasar. Mereka mendapatkan karmanya : hidup menginjak rakyat, matinyapun
terinjak rakyat. Yang kuasa ternyata rakyat – suara rakyat adalah suara Tuhan
bukan? tetapi menyatukan suara Tuhan tidaklah gampang, kadang dibutuhkan
demikian banyak prngorbanan. Sesembahan. Apa yang dipersembahkan kepada Tuhan?
Sesaji atau wadal. Nabi Ibrahim akan menjadikan anaknya Ismail sebagai “wadal”
atau korban demi kepatuhan pada sesembahannya, Allah. Suku Tengger memberikan
sesajian dan wadal pada kekuatan gunung berapi – Tengger, sebagai pengakuan
atas adanya kekuatan alam, yang sewaktu waktu bisa marah, muntah dan membunuh
dengan luapan lahar panasnya. Sembelihlah kambing atau sapi pada hari raya
qurban, itulah “wadal” sampeyan pada kekuatan Allah..
$$$
Tidak ada komentar:
Posting Komentar