Minggu, 19 Juni 2022

KIdung Uler Kambang

Tirto tirto wijiling angkoso
(Air menetes dari langit)

Sayuk rukun rukun karo kacane

(Harus rukun pada teman)

Jo lali lo mas kowe gotong royong nyambut gawe
(Jangan lupa, sampeyan gotong royong dalam bekerja)

Romo nyenyuwuno mrih kasembadaning sedyo
(Ayah meminta pada kemampuan diri ber-swasembada)

Kinclong alah alah kinclong

(Bersinarlah Bersinarlah)

Kinclong guwayane Mubyar murup mencorong katon tejane
(Bersinarlah pancaran wajah menyala  terang)

Gones yo romo ramane dewe
(Percaya pada ayah sendiri)

Kawi limo putrane dahyang durno

(Pandito Durno beranak lima)

Poncosilo dasaring nagri utomo
(Pancasila dasar utama Negara)

Ala ora pati ayu nanging nggregetake
(Walaupun tidak terlalu cantik tapi menyakitkan)

Yo la yo mas yo la yo mas

(Baiklah Kak, baiklah)

Man eman man eman romo
(Aduh sayang, Bapak)

Lir puspito wernaning kusumeng puro
(Untaian bunga menghiasi keindahan kota)

Brambang mas sak sen limo berjuang labuh negoro
(Bawang merah, lima satu sen, berjuanglah demi  negara)

Brambang mas sak sen telu berjuang dimen bersatu
(Bawang merah, tiga satu sen, berjuang harus bersatu)

                                                             Yo la yo mas                                                            
(Baiklahk Kak)

Ora butuh godhong kayu butuhku tentrem rahayu
(Tidak butuh daun kayu, butuhku selamat dan tenteram)

Ora butuh mas kae kae butuhku tentrem atine

(Tidak butuh emas, butuhku hati yang tenteram)

 

Syair Kidung : Uler Kambang

Karangan : Ki Narto Sabdo

 


Jumat, 17 Juni 2022

Sawah Berkah

Sawah Kedurus

Di Pulau Jawa, luas lahan sawah pertanian, kian menyusut. Kenapa? Karena tergusur oleh pembangunan perumahan penduduk yang kian hari terus bertambah atau berubah fungsi menjadi properti perusahaan/pabrik. Tak dapat disangkal lagi, nasib keberadaan sawah akan terancam musnah, bila taka ada upaya yang serius untuk mempertahankan keberadaannya. Bila sawah di Jawa musnah, maka kemana nasib perut kita akan bergantung? Mungkin ke hasil sawah di Pulau Papua atau Kalimantan. Pembukaan lahan sawah di kedua pulau ini merupakan proyek besar untuk menunjang kebutuhan asupan pangan rakyat Indonesia. Demikian juga lahan sawah di kelurahan Kedurus – Surabaya, hanya menyisakan sekitar 25 petak atau kira kira 2 hektar saja. Namun demikian, sawah Kedurus merupakan destinasi wisata murah oleh penduduk sekitar atau para pendatang yang datang berkumpul dengan keluarga menggelar tikar di pinggir jalan. Pemandangan deru mesin traktor pembajak lahan dan burung bangau yang mencari makan disamping Pak Tani merupakan pemandangan yang eksotis kala datang jelang musim tanam tiba. Saat ketekunan para petani tersirat dalam aksi penanaman bibit padi menimbulkan suasana yang nyaman karena lahan telah berfungsi seperti biasanya.  Ya rutinitas tanam padi di sawah merupakan pemandangan yang penuh optimisme akan hasil panen padi yang kelak akan dituai. Sementara itu, bila musim petik padi telah tiba, maka gairah petani sedikit terganggu dengan keberadaan ratusan burung pipit yang terbang berkelompok lalu hinggap di batang padi untuk makan bulir padi yang sudah menguning. Kentong-pun dibunyikan bertalu talu, katapel disiapkan untuk mengusir hama padi musiman itu. Hidup sebagai petani memang akan dituntut kesabarannya, serta selalu mohon pada Tuhan agar panen musim ini, lahan bisa menghasilkan padi yang maksimal dengan harga gabah petani yang stabil. Petani selalu berharap agar harga pupuk murah bersubsidi tidak berhenti mengucur, serta serangan hama tidak terjadi. Selamat panen, Pak Tani!
 
Wahai sawah Kedurus,
Janganlah engkau pergi dari sisiku.
Hamparanmu yang sejuk menghijau membuat kami selalu bangga
Akan kesuburan tanah katuilistiwa ini.
Engkaulah anugerah Tuhan yang paling kami syukuri.
Bulir padimu yang kuning keemasan kami nanti siang dan malam.
Puji Tuhan atas hasil panen yang melimpah ini.
Demi ketahanan pangan bangsa ini,
Kami tak segan berjibaku mengolahmu, 
walaupun bermandikan keringat dan lumpur.
Melenyapkan gulma dan hama merupakan tugas rutin kami,
disamping memberikanmu asupan pupuk yang memadai.
Cepat besar dan tumbuhlah, wahai padiku, agar datang rasa cintaku

pada kemurahan Tuhan, yang melindungi.
 
 

Sungai Merana

Sungai Brantas – Kedurus

Masih teringat dengan jelas, bagaimana aku menyelami pinggiran sungai Brantas saat masa kanak kanakku. Airnya bening bersemu hijau sebagai tanda bahwa sungai masih bersih dan sehat. Saat itu mandi bluron di aliran sungai selalu dihampiri oleh perahu penambang pasir. Perahu yang melaju itu aku gandoli, sehingga tubuh kecilku terseret sampai jauh.  Demikian kisah gaulku yang penuh dengan riuh teriakan anak anak saat membuang waktu dengan mandi di sungai. Kini kenangan itu sudah sirna, kerna warna air sungai saat ini sudah kuning kecoklatan, pertanda keruh dan kotor, serta banyak kandungan sampah yang dibuang kesungai, sehingga tak ada lagi anak anak yang mandi bluron disungai ini. Banyaknya pabrik yang berdiri di sepanjang aliran sungai, membuat sungai ini sekarat karena polusi. Nafas sungai yang menanggung beban kehidupan rakyat semakin sesak.  Jumlah ikan menyusut bahkan ada yang kini langka, yaitu ikan areng areng, sili dan papar. Jangan menangis wahai sungai Brantas, kami percaya dengan kehadiran warga yang semakin sadar akan kebersihan lingkungan, suatu saat nanti kau akan bersih kembali.
 
Wahai sungai  Brantas
Kami tahu beban hidupmu semakin berat
Sebab sarat akan limbah dan sampah
Bersabarlah, sebab generasi baru kami, akan hadir dengan 
visi kebersihan lingkungan yang lebih baik.
Mereka mau tak mau akan membentuk komunitas pecinta sungai, atau
LSM yang sarat dengan gagasan hidup bersih dan berkelanjutan.
Akan ada komunitas Jogo Kali yang dengan berkala 
akan memunguti sampah di badanmu serta memberi peringatan 
bagi warga pinggir sungai untuk tak membunag sampah atau kotoran ke tubuh sucimu.
Akan ada anggaran yang mengalir dari pemda untuk membuat sungai bersih kembali.
Cepat atau lambat kau akan berubah menjadi bening, seperti sungai Aare di Swiss.
Percayalah!

 

Kamis, 16 Juni 2022

Romantisme Waduk


Waduk Kedurus - Surabaya

Pada dasarnya banjir memang menjengkelkan. Luapan air itu bila tak diberi jalan kerendahan, maka akan meluber ke jalanan dan akhirnya masuk ke rumah. Lantas apa usaha kita, agar air kotor itu tak masuk wilayah kenyamanan? Jawabnya tentu tendon air raksasa harus dibangun sebagai muara untuk penampungan sementara sebelum dialirkan ke sungai. Betapa senangnya hati rakyat yang biasa tenggelam oleh luapan air dimusim hujan, kini bisa bernafas lega karena limpahan air bah itu,  yang sering  masuk rumah kini bisa ditampung dalam waduk.  Salah satu waduk itu bernama Waduk Kedurus. Waduk ini fungsinya tidak melulu menampung air, tapi sudah menjadi destinasi wisata air oleh warga sekitar kampong. Bila musim kemarau, debit air waduk akan menyusut sehingga akan nampak lumpur  dasarnya  Pada saat inilah anak anak akan turun beramai ramai ke waduk untuk gogo menangkap ikan. Berkah  air susut ini akan dimanfaatkan oleh burung bangau atau blekok untuk mengais ikan ikan kecil, sehingga menimbulkan pemandangan yang eksotis bagi penikmat satwa burung ini. Sungguh mengejutkan karena hanya bermodalkan dua  tangan, bisa diproleh sampai 5 kg ikan nila. Sedangkan bila air pasang, maka akan mengundang orang untuk datang menebarkan jala atau pancing. Waduk ini pernah dipakai sebagai media olahraga air oleh para pemain ski air, tapi sejak air sering menyusut, maka olahraga ini tak bisa beraksi lagi. Juga korps mariner karangpilang pernah berlatih renang dan dayung di waduk ini. Sesekali para pemburu ikan dengan senapan modifikasi dan katapel akan berburu nila dengan meluncurkan tombak panah mini. Mampirlah bila ada waktu, Bung!
 
Wahai waduk Kedurus,
Tubuhmu yang selalu menganga lebar siap untuk menelan luapan air hujan.
Dan ikan nila-pun kian riuh berkembang biak.
Lekaslah besar sayang, agar para pelancong suka menangguk rejeki musiman.
Janganlah engkau kering kerontang, sehingga pemandangan deretan para pemancing hilang dari pandangan.
Engkaulah tujuan para ksatria marinir beradu renang dan mendayung gagah di garbamu.
Atau para sejoli memadu kasih dan para remaja gaul ditepianmu.
Kehadiranmu di kampong kami tuk mengusir sepi dan membunuh waktu
Canda ceria tawa berderai menggema di pinggiranmmu yang asri.
Buatlah jiwa kami tentram dan nyaman disampingmu
             
                                                                                                                                             

Selasa, 14 Juni 2022

Jembatan Gaul

                                                 


Lokasi Jembatan Kembar 
Waduk Kedurus Dukuh - Surabaya

Apa perlunya kita membuat jembatan? Tentu untuk menghubungkan wilayah terisolir dengan dunia luar, agar keterbelakangan hidup bisa diatasi. Memang jembatan diperlukan untuk menyatukan wilayah, agar kawasan bisa menjadi satu kesatuan ekonomi dan budaya. Ada satu jembatan yang berfungsi untuk gaul dan adu nyali, yaitu jembatan kembar Kedurus, yang bertengger kokoh diatas waduk. Inilah satu satunya jembatan yang dibangun untuk asesori wilayah, bukan bermanfaat untuk menyatukan wilayah, karena ujung jembatan yang satu tak memiliki akses jalan ke perkampungan, tapi ke area pesawahan, hingga kalau sampeyan berjalan melewati jembatan ini akan balik kucing alias kembali karena taka ada jalan lanjutan. Jembatan ini menjadi destinasi untuk wisata rehat pagi dan sore hari. Pagi hari menjadi akhir tujuan lari pagi warga sekitar, sedangkan siang hari menjadi tempat latihan panjat rangka jembatan sehingga nyali dan keberanian bisa terasah sejak kecil, akhirnya sore hari tiba dengan diiringi canda ria tawa mengantarnya untuk menutup hari.

 

Wahai, Jembatan Kedurus                                                                                        
Tubuhmu yang kuat dan kokoh membuat,
Kuserahkan jiwa raga  nyali anak anak kami
Untuk kamu asuh dengan berbaluryang kuat dan berani.
Merayapi tubuh rangkamu yang berbalut beton licin.
Tubuh tubuh kecil itu dengan sigap memanjat rangka bak pemanjat tebing pro.
Ya dengan kaki kaki mungilnya anak anak kami mencoba untuk menapaki licinnya kehidupan.
Sebagai bekal untuk menjalani kerasnya tantangan, kelak yang akan mereka hadapi.
                                               

Minggu, 05 Juni 2022

Apa Itu Punden?

Punden adalah lokasi situs yang bisa berupa bangunan atau makam, sebagai tempat untuk mencari kekuatan spiritual. Punden makam biasanya dikaitkan dengan sosok cikal bakal pendiri/babat alas atau pembuka wilayah jaman dulu.

Berikut, 4 punden yang berada di wilayah Kecamatan Karangpilang - Surabaya.

1. Situs Punden Makam Kembar Mbah Jemuwah –Lokasi Makam  Kebraon Gg. Tegal, Karangpilang - Surabaya.   

Ia lupa, sudah berapakali ziarah ke makam kembar. Barangkali itu bisa dikatakan bukan ziarah lagi, karena makam kembar sudah dianggap sebagai makam tempat bermenung diri, saat ia mendapatkan dirinya lagi suntuk dan bosan dengan rutinitas. Iapun sepenuhnya sadar, bahwa  makam tak mampu mengabulkan do’anya karena kematian adalah tidur panjang yang bisu. Hanya karena Ia begitu menghormati arwah leluhur, maka disempatkan juga untuk berziarah beberapa menit sambil mengenang peristiwa kematian yang cepat atau lambat pasti datang kepadanya. Suasana makam itu begitu sejuk dan damai. Di sekeliling makam terdapat banyak pohon besar dan rindang. Apalagi ditambahi dengan suara kicau burung kutilang dan prenjak disaat saat hening, membuat jiwanya tenteram dan merasa damai. Di makam kembar itu, orang biasa menebarkan bunga kembang setaman dan ubo rampe sesajian, sehingga kadang harumnya tercium karena terbawa angin. Kadang sebelum pulang, ia menyempatkan diri mengambil sekuntum bunga kenanga dari sesajen itu untuk diselipkan di daun telinganya. Dulu, ia sering tiduran di samping makam sambil melihat tingkah burung yang berkejaran di ranting pohon, tetapi setelah seekor ular menubruk  pahanya, maka tiduran itu tidak dilakukan lagi.

2. Situs Punden Mbah Ireng – Lokasi samping Makam Islam Kebraon, Jl. Kebraon II- Karangpilang - Surabaya.

Saat itu ia merasa aneh karena ada rumah cungkup kecil di tepi kuburan. Suasana yang sepi membuatnya terusik ingin masuk kedalam cungkup. Pelan pelan ia membuka pintu, lalu ia masuk perlahan dan terkejut karena tempat itu dipakai sebagai tempat ritual penghormatan arwah leluhur. Itu bisa dilihat dari bangunan kalangan yang berbentuk empat bujur sangkar, kira kira 1x1 meter panjang sisinya. Didalamya terdapat alas kain putih untuk menampung kembang setaman dan ubo rampe sesajen. Sesaat kemudian ia melakukan semedi ingin mersakan aura mistis tempat itu. Tiba tiba ia mendengar suara burung merpati yang ternyata berada diatas dahan.  Merpati itu memiliki pagupon dicabang pepohonan beberapa meter dari cungkup. Suasana yang rimbun dibelakang cungkup rupanya menarik perhatian banyak burung liar, diantaranya prenjak dan perkutut. Suasana yang tenang dan adem, sungguh cocok untuk tempat ber-semedi atau tirakat malam hari. Di tiang cungkup terdapat santi aji  yang bertuliskan. “Rendah dimata manusia, tinggi di mata Tuhan” “Jangan mengukur bajumu di badan orang lain” dan  “Jer basuki mowo beyo”

3. Situs Punden Makam Nyai Suci. Lokasi di area Makam Bogangin, Jl. Raya Mastrip – Kedurus-Karangpilang. Surabaya

Makam diteduhi cungkup minimalis yang cukup bersih dan asri hingga  membuatnya rela untuk tiduran disamping makam. Tak jarang Ia meraih sapu ijuk yang tersedia, untuk membersihkan sisa dupa dan daun kering yang terserak terbawa angin hingga masuk ke dalam cungkup. Kain putih yang menyelimuti makam membawa oroma mistis dan suci. Pas didepan makam  berkibar bendera merah putih, mungkinkah  Nyai Suci dulunya bekas pejuang? Di tubuh bangunan makam  terdapat ceruk untuk menebar bunga setaman. Di atas makam tersedia bacaan ayat suci Qur’an/ kitab tahlil, yang bisa digunakan untuk mengirim do’a. Didalam ruangan cungkup bisa dipakai untuk duduk santai atau tiduran. Bila bernasib mujur, maka akan bertemu banyak burung kutilang, prenjak, pipit dan perkutut yang hinggap di pohon sekitar makam dengan menyuarkan kicauannya yang khas.

4. Situs Punden Makam Mbah Kethu. Lokasi di area Makam Bogangin, Jl. Raya Mastrip – Kedurus – Karangpilang – Surabaya.

Entah mengapa disebut Mbah Kethu. Mungkin karena terdapat kethu/songkok dan tasbih besar yang bertengger di rangka bangunan makam. Bangunan makam terbilang besar mirip menhir dengan lubang memanjang yang berfungsi untuk menebar sesajen atau kembang setaman. Suasananya yang adem dan sejuk karena semilir angin membuat makam ini kadang dibuat tiduran oleh para peziarah. Ketika ia bersemedi disisi makam, ia tiba tiba tersentak terkejut karena terdengar bunyi ranting pohon yang jatuh menimpa atap seng atau bunyi buah ketepeng yang jatuh karena tiupan angin. Taka da tanda tahun wafat bagi Mbah Kethu yang biasa terbaca pada nisan sebuah makam. Makam ini tepat dibawah pohon besar yang entah apa namanya serta pohon ketepeng yang berdiri tak jauh dari makam, sehingga makam akan menerima limpahan sampah daun dan debu, bila tak sering sering disapu, maka makam ini akan nampak kotor.