Wangsit adalah
pesan khusus yang datangnya langsung dari Malaikat
Jibril (bukan dari Allah, karena dengan sabda Allah |"Kun Fayakun"
(-Jadilah, maka terjadi- itu sudah merupakan satu paket, yaitu
"penciptaan mahluk dan sekaligus proses berakhirnya", jadi Allah tak
bekerja lagi), yang merupakan utusan Tuhan Semesta Alam, yang
berupa penampakan sesuatu pertanda,baik datangnya dari alam nyata atau
mimpi/ghoib.
Mengapa pesan wangsit itu datang?
Mungkin karena kita telah terpilih karena selalu "eling".
Untuk menyampaikan sedikit catatan dalam menjalani laku
hidup,
Suasana lingkungan yang kotor-bathin, menjenuhkan manusia,
saat banyak masalah dan pikiran.
Mungkin karena kita tak bosan meminta solusi?
Sebab kita tak berdaya-milik pada kekuatan politik untuk
mengubah,
apa yang tidak kita suka dan ingin membuang pembuat
ketidak-nyamanan hidup.
Lantas kita merengek-rajuk pada Roh Suci,
yang bertahta di singgasana arsy, langit ke tujuh.Bagaimana
ia datang?
Tapi sampeyan kudu bisa membacanya.
Lho. Kalau tidak, maka wangsit akan diberikan pada orang
lain,
yang- mungkin persis menjalani pemikiran yang sama,
saat menjalani peristiwa kejadian pada tatanan sosial
berujung sengsara,
bila wangsit itu tak diberikan.
Berat lho, suasana jiwa saat menerima wangsit itu.
Kenapa?, Itu hal yang tidak biasa, bung!
Tidak dalam kondisi kesadaran normal. Ini yang susah.
Jangan jangan kita berfikir diri kita ini,
dalam suasana
terselimuti halusinasi atau gila kerena beban kehidupan.
Wangsit datang dalam suasana
ghoib?
Ya, betul. Ghoib yang diluar
nalar itu,
bisa membuat kita bertanya tanya
tak berkesudahan.
Kok bisa? Kita sering mengalami
keghoiban kecil, bukan?
lihatlah seorang bayi yang
selamat dari ajal,
saat tertimbun ber-ton ton
gempalan dinding gedung karena roboh-gempa,
kita pernah lihat sebuah surau
selamat tegak berdiri dari luapan tsunami,
kita pernah luput dari
kecelakaan pesawat terbang,
karena tiba tiba membatalkan
keberangkatan dengan pesawat naas itu?
Ya, itu keghoiban, keanehan
karena di luar nalar.
Biarlah orang bilang, itu
peristiwa kebetulan.
Toh, suasana itu membuat sedikit
perasaan kita,
merasa nyaman karena
terselamatkan. Apakah mata bisa menipu?
Tidak bisa. Peristiwa sulap itu
peristiwa benar,
artinya telur itu tidak hilang,
tapi terselimurkan dari pandangan kita,
baik karena dipindah-tangankan
atau tertutupi tabir,
yang lepas dari pengamatan kita.
Hanya saja tangkapan dua-mata
diperdayai,
tak secepat gerakan tangan. Dan
itu keahlian-kelatihan,
bukan ke-ghoiban. Wangsit itu
datangnya berkali kali.
Pertama, kita merasa aneh dan
berpikir, apa itu? apa ini? Mengapa?.
Lalu saat kita lelah-capek
memikirkannya, maka wangsit itu datang lagi dan mengingatkan lagi bahwa kita
telah berhasil meminta petunjuk,
pada Roh Suci, roh Tuhan yang
berkuasa atas jagad raya.
&&&
Tidak ada komentar:
Posting Komentar