Sekarang ini kita memasuki Era Hiper Ekspresi, dimana "POPULARITAS ADALAH KEBENARAN". Siapa bilang popularitas melulu membawa kemakmuran. Seorang
remaja dari Bandung mengunggah perilaku tak terpuji, yaitu aksi prank, dengan
menyuguhkan paket sampah kepada sekelompok waria. Seandainya ia tak memposting
perilaku konyolnya ini ke media sosial (baca Youtube), maka ia tak akan
berurusan dengan pihak yang berwajib/kepolisian. Gejala apa ini? Yang menimpa
sebagaian para remaja millennial kita. Yang kebangetan adalah diunggah juga
aksi permintaan maaf kepada sang waria, tapi diakhiri dengan kata kata “tapi
bohoooong”.Saat tampil disorot kamera TV, sang pelaku tidak menunjukkan rasa
penyesalannya. Itu terbukti dengan bangga ia mengacungkan ibu jari dengan
rambut plontos. Kabarnay ia dilepaskan dari tahanan karena dibuli oleh para
tahanan lain. Semurah itukah aksi yang
viral ini? Saya kawatir popularitas yang kebablasan ini akan ditiru remaja
lain. Benar, tak lama kemudian, masih belum lupa kasus prank Bandung ini, maka
ditirulah ulah kenakalan ini dengan munculnya prank paket idul kurban yang
berupa sampah yang terjadi di Palembang. Lagi lagi pelakunya adalah remaja.
Perilaku ingin cepat popular yang menghalalkan segala cara ini bolehlah disebut
viralmania, sang penyakit jiwa baru kaum millennial kita. Lantas bagaimana kita
menyikapinya. Saya setuju para pelakunya dipidana dengan hukuman ringan saja,
agar mereka kapok mencari popularitas dengan cara gampang, yaitu menyusahkan
atau menghinakan orang lain. Bila tidak, maka jangan heran bila perilaku aneh
ini akan cepat menular ke remaja lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar