Kamis, 01 Oktober 2020

Viralmania, Penyakit Jiwa Baru?

 


 Sekarang ini kita memasuki Era Hiper Ekspresi, dimana "POPULARITAS ADALAH KEBENARAN". Siapa bilang popularitas melulu membawa kemakmuran. Seorang remaja dari Bandung mengunggah perilaku tak terpuji, yaitu aksi prank, dengan menyuguhkan paket sampah kepada sekelompok waria. Seandainya ia tak memposting perilaku konyolnya ini ke media sosial (baca Youtube), maka ia tak akan berurusan dengan pihak yang berwajib/kepolisian. Gejala apa ini? Yang menimpa sebagaian para remaja millennial kita. Yang kebangetan adalah diunggah juga aksi permintaan maaf kepada sang waria, tapi diakhiri dengan kata kata “tapi bohoooong”.Saat tampil disorot kamera TV, sang pelaku tidak menunjukkan rasa penyesalannya. Itu terbukti dengan bangga ia mengacungkan ibu jari dengan rambut plontos. Kabarnay ia dilepaskan dari tahanan karena dibuli oleh para tahanan lain.  Semurah itukah aksi yang viral ini? Saya kawatir popularitas yang kebablasan ini akan ditiru remaja lain. Benar, tak lama kemudian, masih belum lupa kasus prank Bandung ini, maka ditirulah ulah kenakalan ini dengan munculnya prank paket idul kurban yang berupa sampah yang terjadi di Palembang. Lagi lagi pelakunya adalah remaja. Perilaku ingin cepat popular yang menghalalkan segala cara ini bolehlah disebut viralmania, sang penyakit jiwa baru kaum millennial kita. Lantas bagaimana kita menyikapinya. Saya setuju para pelakunya dipidana dengan hukuman ringan saja, agar mereka kapok mencari popularitas dengan cara gampang, yaitu menyusahkan atau menghinakan orang lain. Bila tidak, maka jangan heran bila perilaku aneh ini akan cepat menular ke remaja lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar