bila wangsit itu tak diberikan.
Berat lho, suasana jiwa saat menerima wangsit itu.
Tidak dalam kondisi kesadaran normal. Ini yang susah.
Wangsit datang dalam suasana
ghoib?
Ya, betul. Ghoib yang diluar
nalar itu,
bisa membuat kita bertanya tanya
tak berkesudahan.
Kok bisa? Kita sering mengalami
keghoiban kecil, bukan?
lihatlah seorang bayi yang
selamat dari ajal,
saat tertimbun ber-ton ton
gempalan dinding gedung karena roboh-gempa,
kita pernah lihat sebuah surau
selamat tegak berdiri dari luapan tsunami,
kita pernah luput dari
kecelakaan pesawat terbang,
karena tiba tiba membatalkan
keberangkatan dengan pesawat naas itu?
Ya, itu keghoiban, keanehan
karena di luar nalar.
Biarlah orang bilang, itu
peristiwa kebetulan.
Toh, suasana itu membuat sedikit
perasaan kita,
merasa nyaman karena
terselamatkan. Apakah mata bisa menipu?
Tidak bisa. Peristiwa sulap itu
peristiwa benar,
artinya telur itu tidak hilang,
tapi terselimurkan dari pandangan kita,
baik karena dipindah-tangankan
atau tertutupi tabir,
yang lepas dari pengamatan kita.
Hanya saja tangkapan dua-mata
diperdayai,
tak secepat gerakan tangan. Dan
itu keahlian-kelatihan,
bukan ke-ghoiban. Wangsit itu
datangnya berkali kali.
Pertama, kita merasa aneh dan
berpikir, apa itu? apa ini? Mengapa?.
Lalu saat kita lelah-capek
memikirkannya, maka wangsit itu datang lagi dan mengingatkan lagi bahwa kita
telah berhasil meminta petunjuk,
pada Roh Suci, roh Tuhan yang
berkuasa atas jagad raya.