Ali ali adalah cincin mustika/batu aji yang telah mengalami pengasahaan/diasah sehingga nampak urat/mosaik batunya. Budhiroso percaya bahwa pria dan wanita yang memakai ali ali yang sesuai dengan gelombang hangat suhu tubuhnya atau tanggal lahirnya atau horoskopnya akan membawa manfaat berupa aura positip berupa kecantikan dan ketampanan.
Kegairahan untuk mematut diri bisa datang kapan saja,
terutama kalau kita sedang berinteraksi dengan sasama secara intens, tiap hari.
Kalau kita hidup menyendiri, tak perlulah upaya untuk mematut diri itu, toh tak
ada yang melihat-perhatikan, bukan. Tapi bukankah kita ini mahluk sosial, yang
butuh identitas pribadi, tekstur pribadi untuk selalu diingat dan dikenang
amalan kebaikannya, bukan? ya, itu bisa terjadi kalau kita selalu membutuhan
teman. Siapa jati diri kita? Ini bisa diumpamakan seperti pepatah “ajining diri
soko ing ageman” (harga diri bisa dilihat dari apa yang dipakai). Kalau pakaian
kita lusuh dan kotor, maka jangan heran kalau massa akan men-cap kita dengan
merk “setengah gila” atau “orang susah”, kalau kita suka bebersih diri, maka
kita akan dibilang “orang gaul”. Dalam hidup gaul dengan lingkungan, maka akan
terjadi saling interaksi dan terjadi pemetaan diri. Utamakan bersikap dengan
tutur kata yang lembut dan tidak kasar. Lantas dimana letak posisioning kita
dengan asesoris yang kita pakai? Kalau pakai perhiasan mahal, maka kita dicap
sebagai pribadi yang kaya dan bisa juga pamer-person, maka jangan terkejut bila
banyak proposal sumbangan akan mengalir ke meja-kerja kita, maka dari itu
pilih- pilihlah perhiasan apa yang cocok dipakai dalam lingkup gaul yang kita
geluti. Jangan sampai salah cap atau persepsi tentang diri kita. Itu akan
menentukan sikap mereka pada kita. Kalau kita tampilkan diri kita secara
“kosongan”, maka kita akan dicap sebagai pribadi yang sederhana atau miskin.
Tentu semuanya akan berpulang pada kita, sebab respon yang timbul senantiasa
akan memposisikan kita. Siapa diri kita? Kita toh tidak sedang menyamar bukan?
jadi usahakan jangan tampil “kosongan” alias tak memakai asesoris apapun,
pakailah cincin, gelang, jam tangan atau giwang, kalau kita ingin mendapatkan
respon massa, tentang siapa diri
kita. Tak perlu yang mahal, tapi cukuplah untuk dikenang bahwa si Badu dengan
cincin blue-shapir-nya, sesungguhnya pribadi yang hangat-menyenangkan dan siap
untuk diajak berteman dan gaul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar