Senin, 11 April 2016

Nyekar, siapa takut...





Nyekar adalah menaburkan bunga dan doa pada makam sanak sadulur atau tokoh tertentu. Nyekar bisa dilakukan kapan saja,tetapi biasanya dilakukan bersamaan dengan mendekati hari hari besar Islam/Agama. Dengan bunga dan doa diharapkan arwah si mati membawa keharuman dan ketentraman saat menghadap Gusti Kang Akaryo Jagad atau Pangeraniro (Tuhanmu).


Bung, petiklah sekuntum bunga.
Rona mekarnya membahagiakan, bukan?
Cobalah cium sejenak, nikmat-harum
akan memenuhi ruang perasaan.
Walaupun harum itu tidak abadi namun sudah
cukup sebagai pertanda bahwa persembahan Roh Suci,


Gusti Kang Akaryo Jagad tiada tara. Harum bunga,
apalagi kalau itu kembang melati atau kenanga,
bisa dkemas dalam sebungkus kembang setaman,
lalu disematkan di pojok kamar dalam rendaman semangkok air, 
di bawah nisan, di perempatan jalan,
atau di bawah prasasti peninggalan para leluhur,
akan membuat para penunggu, para pejalan dan para peziarah,
serta roh leluhur merasa terhormati dan merasa nyaman di alam sana.
Prosesi menyematkan bebungaan di tempat khusus,


 seperti itu dalam kasanah budaya Jawa disebut Nyekar,
asalnya dari kata sekar yang artinya bunga. Bung,
bisa membeli kembang setaman untuk nyekar
di lapak pedagang kembang, biasanya mangkal dekat pekuburan.


Rata rata penjualnya adalah para tetua,
atau ibu ibu yang dengan tekun dan setia menunggu pembeli,
yang jarang itu. Saya jamin Bung tak akan jatuh dalam kesyirikan,
seandainya tahu bahwa sebungkus kembang setaman,
hanyalah symbol pemberian atau pemberkatan,
untuk mengantarkan do’a munajat kita pada Yang Maha Kuasa,
bukan yang lain. Dengan kembang kembang itu,
maka ritual upacara kita akan sempurna atau,
setidaknya punya pertanda untuk dikenang oleh orang lain,
walaupun sebentar kemudian layu, kering dan musnah tertiup angin.
Nyekarlah Bung, siapa takut? 
-&- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar