Padepokan adalah tempat untuk menuntut ilmu. Dalam padepokan
terjadi interaksi belajar mengajar antara Guru dan Murid. Murid dituntut untuk
mampu menguasai isi kitab yang diajarkan oleh Guru. Guru memiliki kekuasaan
untuk menilai kemampuan empiris, kesemaptaan fisik, tingkat kepiawaian
berkesenian serta “mengukur” budi
pekerti/prilaku sang Murid untuk
dilaporkan pada wali murid/orang tua. Dalam padepokan tingkat kepandaian Murid
diperingkatkan, karena aksi ini, maka terjadi persaingan antar Murid untuk
menjadi yang terbaik atau rangking satu di tingkat kelas, bila berhasil menjadi
yang terbaik di tingkat sekolahan, maka ia akan mendapat predikat sebagai
bintang pelajar. Secara berkala Murid yang terpandai akan diadu cerdas cermat
atau cerdas tangkas dengan padepokan lain untuk mengukur tingkat keberhasilan
suatu padepokan dalam berperan sebagai wadah pendidikan bagi para penuntut ilmu
didalamnya. Sebagai fasilitator pendidikan rakyat, pemerintah wajib menyelenggarakan ujian tingkat nasional,
yang berlaku bagi seluruh murid di negara itu agar mampu menjadi tolok ukur
tingkat keberhasilan dan pemerataan beban pendidikan yang sudah digariskan
dalam suatu kurikulum pendidikan. Pemerintah juga wajib memperbaiki
fasilitas/sarana pendidikan padepokan bila diperlukan.
Jenjang pendidikan yang sudah dijalani oleh Ki Ageng Salam.
- Pendidikan
Tingkat Dasar :
SD Negeri Kedurus V Surabaya anatara
tahun 1970-1976
Siapakah
Guru padepokan yang paling berkesan dalam kelangsungan belajar ini?
Bu Karti : “Guru kelas 1,
disiplin dan tegas, suka melantangkan suara, kalau murid gagal melakukan tugas,
maka murid akan di “res” atau dihukum untuk berdiri didepan kelas. Bila ada
murid bercanda saat beliau berbicara mengajar dalam kelas, maka tak segan segan
untuk melemparkan penghapus papan tulis ke arah murid. Perintah yang selalu di
ucapkan menjelang bel pelajaran berakhir adalah “anteng antengan sopo sing
anteng mulih dhisik” atau “siapa yang paling tenang duduknya akan pulang lebih
dulu”, maka murid akan dipanggil satu persatu untuk pulang.
Bu Msar*fah : “Guru agama Islam,
cantik, berkebaya seksi bila mengajar, hatiku slalu bergetar bila melihat
beliau berjalan pulang keluar kelas”
Pak Khud*ri : “Guru yang
menghukum muridnya dengan menarik angkat rambut jambang murid bila melakukan
kesalahan.
Pak Koh*r : “Guru yang bikin saya
bingung karena melontarkan pertanyaan apa beda patung dan monumen?”
Pak T*jo : “Guru paling sabar dan
telaten dalam menanggapi kenakalan murid, rasanya pingin nangis bila mengenang
guru yang satu ini, karena mirip papaku”
Pak Pr*yit : “Guru yang paling
keras dalam mendidik para murid. Ketika saya ketahuan berkelahi dengan teman,
lalu dipanggilah kami berdua untuk diadu di ruang guru. Saya diberi sapu dan
temanku diberi sepotong kayu hiasan didinding sebagai senjata.”Ayo sekarang
kamu lanjukan kelahi aku yang jadi wasitnya” kata beliau sambil berkacak
pinggang. Kami tertegun dan merasa menyesal.
- Tingkat
Pendidikan Menengah Pertama :
SMP Negeri Taman – Sidoarjo, antara tahun
1976 – 1979
Kegiatan ekskul : Unit Baca Puisi
.
- Tingkat
Pendidkan Menengah Atas :
SMA Negeri 4 Surabaya, antara
tahun 1979 –1982
Kegiatan ekskul : Unit Teater
Rakyat SMAN 4
- Tingkat
Pendidakan Tinggi :
Institut Teknologi Bandung (ITB),
Jurusan Teknik Perminyakan, antara tahun 1982 - 1990
Kegiatan ekskul : Unit Ludruk
ITB/Paguyuban Seni Budaya Jawa Timuran, sebagai ”founding father” atau pendiri
bersama 22 teman lain (dijadikan patokan pendirian, saat pemain plus penyokong plus supporter) tampil pada perayaan Lustrum V Jurusan Teknik Eletro ITB dengan lakon "SAKERAH" di sebuah gedung pertemuan tentara di Jl. Purnawarman 42 Bandung, tahun 1982) dari wilayah Jawa Timur. Meraih jabatan sebagai
wakil ketua unit tahun 1985-1988.