Sabtu, 15 November 2014

Apakah Padepokan Itu?

Padepokan adalah tempat untuk menuntut ilmu. Dalam padepokan terjadi interaksi belajar mengajar antara Guru dan Murid. Murid dituntut untuk mampu menguasai isi kitab yang diajarkan oleh Guru. Guru memiliki kekuasaan untuk menilai kemampuan empiris, kesemaptaan fisik, tingkat kepiawaian berkesenian serta  “mengukur” budi pekerti/prilaku  sang Murid untuk dilaporkan pada wali murid/orang tua. Dalam padepokan tingkat kepandaian Murid diperingkatkan, karena aksi ini, maka terjadi persaingan antar Murid untuk menjadi yang terbaik atau rangking satu di tingkat kelas, bila berhasil menjadi yang terbaik di tingkat sekolahan, maka ia akan mendapat predikat sebagai bintang pelajar. Secara berkala Murid yang terpandai akan diadu cerdas cermat atau cerdas tangkas dengan padepokan lain untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu padepokan dalam berperan sebagai wadah pendidikan bagi para penuntut ilmu didalamnya. Sebagai fasilitator pendidikan rakyat, pemerintah  wajib menyelenggarakan ujian tingkat nasional, yang berlaku bagi seluruh murid di negara itu agar mampu menjadi tolok ukur tingkat keberhasilan dan pemerataan beban pendidikan yang sudah digariskan dalam suatu kurikulum pendidikan. Pemerintah juga wajib memperbaiki fasilitas/sarana pendidikan padepokan bila diperlukan.

Jenjang pendidikan yang sudah dijalani oleh Ki Ageng Salam.

  1. Pendidikan Tingkat Dasar :
      SD Negeri Kedurus V Surabaya anatara tahun 1970-1976
            Siapakah Guru padepokan yang paling berkesan dalam kelangsungan belajar ini?

Bu Karti : “Guru kelas 1, disiplin dan tegas, suka melantangkan suara, kalau murid gagal melakukan tugas, maka murid akan di “res” atau dihukum untuk berdiri didepan kelas. Bila ada murid bercanda saat beliau berbicara mengajar dalam kelas, maka tak segan segan untuk melemparkan penghapus papan tulis ke arah murid. Perintah yang selalu di ucapkan menjelang bel pelajaran berakhir adalah “anteng antengan sopo sing anteng mulih dhisik” atau “siapa yang paling tenang duduknya akan pulang lebih dulu”, maka murid akan dipanggil satu persatu untuk pulang.

Bu Msar*fah : “Guru agama Islam, cantik, berkebaya seksi bila mengajar, hatiku slalu bergetar bila melihat beliau berjalan pulang keluar kelas”

Pak Khud*ri : “Guru yang menghukum muridnya dengan menarik angkat rambut jambang murid bila melakukan kesalahan.

Pak Koh*r : “Guru yang bikin saya bingung karena melontarkan pertanyaan apa beda patung dan monumen?”

Pak T*jo : “Guru paling sabar dan telaten dalam menanggapi kenakalan murid, rasanya pingin nangis bila mengenang guru yang satu ini, karena mirip papaku”

Pak Pr*yit : “Guru yang paling keras dalam mendidik para murid. Ketika saya ketahuan berkelahi dengan teman, lalu dipanggilah kami berdua untuk diadu di ruang guru. Saya diberi sapu dan temanku diberi sepotong kayu hiasan didinding sebagai senjata.”Ayo sekarang kamu lanjukan kelahi aku yang jadi wasitnya” kata beliau sambil berkacak pinggang. Kami tertegun dan merasa menyesal.

  1. Tingkat Pendidikan Menengah Pertama :
      SMP Negeri Taman – Sidoarjo, antara tahun 1976 – 1979
      Kegiatan ekskul : Unit Baca Puisi     
.
  1. Tingkat Pendidkan Menengah Atas :
SMA Negeri 4 Surabaya, antara tahun 1979 –1982
Kegiatan ekskul : Unit Teater Rakyat SMAN 4

  1. Tingkat Pendidakan Tinggi :
Institut Teknologi Bandung (ITB), Jurusan Teknik Perminyakan, antara tahun 1982 - 1990
Kegiatan ekskul : Unit Ludruk ITB/Paguyuban Seni Budaya Jawa Timuran, sebagai ”founding father” atau pendiri bersama 22 teman lain (dijadikan patokan pendirian, saat pemain plus penyokong plus supporter) tampil pada perayaan Lustrum V Jurusan Teknik Eletro ITB dengan lakon "SAKERAH" di sebuah gedung pertemuan tentara di Jl. Purnawarman 42 Bandung, tahun 1982) dari wilayah Jawa Timur. Meraih jabatan sebagai wakil ketua unit tahun 1985-1988.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar