Apa itu sungkem?
Sungkem adalah prosesi pemberian
hormat berupa sembah-sujud, menyerahkan diri, pasrah pada seseorang yang
berkuasa, lebih tua, yang dituakan atau
yang dihormati. Dengan melakukan prosesi sungkem berarti telah terjadi suatu
pengakuan akan pengaruh orang atau seseorang yang diberi penghormatan dengan
sungkem. Sungkem biasa terjadi pada seseorang yang memiliki hubungan keluarga/darah (anak kepada ayah-ibunya, mertuanya
atau rajanya atau orang yang memiliki kuasa yang terkait dengan dirinya).
Sungkem seseorang biasanya dilakukan pada hari hari penting, misalkan hari raya
idul fitri, pertemuan keluarga, upacara adat keraton pada hari hari tertentu
saat terdapat acara penting. Sungkem sesungguhnya memiliki nuansa spiritual,
berupa ikatan bathin, kerabat-kekeluargaan atau kekuasaan.
Sungkem Terakhir
Tersebutlah abdi dalem keraton
Majapahit, Sabdo Palon dan Naya Genggong. Kedua abdi itu merasa gelisah karena
junjungannya Prabu Brawijaya V atau Girindriwardhana akan berpindah keyakinan.
“Ampun beribu ampun Gusti Prabu,
apakah niat paduka untuk pindah ageman itu, sudah dipikir masak masak? tanya
Sabdo Palon.
“Aku sudah mantap akan memeluk
"agama rosul" itu, sesuai dengan pertanda atau wangsit yang aku dapat,
jadi kepindahan itu bukan sekedar kemauanku tapi kemauan sang waktu, kemauan Gusti
Kang Akaryo Jagad.
“Tapi Gusti, bagaimana kalau
rakyat selak dan tidak setuju dengan niat Gusti Parbu? tanya Noyo Genggong.
“Aku sudah perkirakan semuanya,
untuk itu, aku rela bila harus kehilangan tahta Majapahit!
Merepih-luluh hati kedua abdi
dalem itu. Dengan mata berkaca kaca, mereka seakan tak percaya dengan tekad
sang Prabu, junjungannya yang telah mereka abdi selama hidupnya. Dengan hati
remuk, kedua abdi dalem itu melepas udengnya dan menyerahkan kepada Prabu
Brawijaya V seraya tunduk-takzim dan berucap bahwa mereka akan setia pada agama
leluhurnya dan tak sanggup mengikuti jejak junjungannya itu, untuk pindah
ageman agama. Lalu Sabdo Palon dengan berat hati berujar :
“Ketahuilah paduka, bahwa 500
tahun lagi, maka akan muncul agama baru yang akan dianut rakyat Jawa, yaitu
agama budhi yang akan menggantikan "agama rosul" yang paduka anut itu”.
Kemudian keduanya sungkem pada Prabu Brawijaya V lalu moksa, hilang
lenyap tak berbekas. Ternyata itu sungkem terakhir para abdi dalem keraton Majapahit,
Sabdo Palon- Noyo Genggong.
&&&
.
.