Apa itu
ritual adat kejawen?
Adalah prosesi upacara kegiatan
budaya lokal Jawa yang dikreasi untuk memperingati hari atau peristiwa penting
yang berhubungan dengan keagamaan. Ritual ini dilakukan untuk mengakomodir
budaya lokal agar kearifan lokal tidak hilang dan masih dapat diruntut jejak
asal muasalnya. Ritual ini digagas oleh para walisanga, yaitu para penyebar
agama Isl;am di pulau Jawa yang amat toleran pada budaya lokal sebelum
kedatangan Islam, yaitu budaya animisme dinamisme Hindu dan Budha. Para
wali tidak menghilangkan budaya yang sudah mengakar dan sudah ada tetapi mereka
cukup mengubah substansinya.
Bersama ini kami sajikan beberapa
ritual adat masyarakat Jawa yang masih kental pengaruh kebudayaan kerajaan Jawa
Islam di lingkungan keraton Surakarta
dan Jogjakarta.
1. RitualKirab pusaka keraton, yaitu arak arakan mengusung pusaka keraton
(tombak, keris dll) meneglilingi keraton Surakarta
pada tanggal 1 Sura/ Muharram. Ritual ini berasal dari ritual hajat dalem
wilujengan nagari atau ritual untuk keselamatan negara yang dilakukan oleh
kerajaan Majapahit. Upacara ritual kirab pusaka memiliki sifat religius magis,
paercaya pada hal hal yang bersifat magis, keramat, sacral dalam pengertian
memiliki 4 hal pokok yaitu arwah leluhur, pepunden, pusaka pusaka keraton dan
mahluk ghaib.
2. Ritual Yaqawiyyu, yaitu ritual memperingati hari meninggalnya / haul Ki
Ageng Gribik, yang adalah penyebar agam Islam di wilayah Klaten yang dilakukan
tiap bulan Sapar/Saffar. Upacara ini berupa rebutan gunungan kue apem, yang
dulunya diberikan oleh Ki Ageng Gribik dalam mengatasi bahaya kelaparan di
wilayah Jatinom, Kalten. Dengan demikian maka masyarakat di wilayh ini dapat
meneladani kesederhanaan, kemuliaan budi pekerti dan keteladanan hidup yang
diberikan oleh Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng..
3. Ritual Sekaten, yaitu upacara riual
memperingAti maulId atau kelahiran Rasul Allah Muhammad SAW yang dilaksanakan
oleh keraton Surakarta maupun Jogjakarta
setiap tanggal 5 – 12 bulan Mulud / Rabiul Awal.
Terdapat 4 makna Sekaten, yaitu :
a. Merupakan ungkapan rasa
kecintaan pada Nabi Muhammad dalam bingkai budaya Jawa. Sekaten berasal kata
syahadatain atau kalimat syahadat (asyhaduallah illahaillah wa asyhaduanna
Muhammadarasulullah) yang artinya Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan Sealin Allah
dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad adalah Rasul Allah..
b. Startegi dakwah. Dahulu ketika
musik gamelan dibunyikan di dalam masjid, maka orang yang datang ingin
mendengarkan diminta untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dulu.
c. Ucapan rasa syukur atas
limpahan rahmat dan kesejahteraan Allah pada Raja dan rakyatnya yang ditandai
dengan ritual simbolik uapacara pemeberian Raja yang berupa gunungan hasil bumi
yang diperebutkan.
d. Buah buahan dan sayuran
merupakan smbol rakayat Jawa yang agragis.
4. Ritual
Grebeg, yaitu ritual selamatan beriringan mengikuti gunungan tumpeng besar berupa hasil bumi yang diarak. Gunungan tumpeng diarak ke masjid yang diikuti oleh
penghulu keraton, ulama dan rakyat. Terdapat 3 grebeg yang dilakukan oleh
keraton Surakarta dan Jogjakarta,
yaitu :
- Grebeg Mulud, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad yang diadakan tiapa bulan Mulud/ Rabiul Awal.
- Grebeg Sawal, untuk memperingati datangnya Hari Raya Idul Fitri diadakan tiap bulan Sawal.
- Grebeg Besar, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha/ Hari Raya Qurban yang diadakan tiap bulan Besar/Dzulhijah
5. Ritual
Peksi Buraq, yaitu upacara memperingati peristiwa Isra' Mi'raj
Nabi Besar Muhammad SAW yang dilakukan oleh keraton Jogjakarta
setiap bulan Rajab. Dalam ritual ini digambarkan burag dengan simbol 2 ekor
burung jantab dan betina yang bertengger di taman sorga. Buraq adalah kendaraan
rasul pada saat Isra' Mi’raj yaitu Isra’ yang merupakan perjalanan dari
Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina dan Mi'raj
yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsa ke sidratul muntaha (langit ke-7) untuk
memenuhi panggilan Allah..
6. RitualSadranan, yaitu upacara pemberian sesaji untuk menghormati arwah
leluhur yang diadakan pada setiap tanggal 17 – 24 bulan Ruwah/Sya;ban. Biasanya
ritual ini dilakukan dengan membersihkan kuburan leluhur yang telah meninggal,
acara munjung atau berkunjung ke sanak famili dan ditutup dengan acara kenduri.
(Sumber : Ismail Yahya Ma. Dkk, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar