Minggu, 07 April 2013

Ritual Adat Kejawen?



Apa itu ritual adat kejawen?
Adalah prosesi upacara kegiatan budaya lokal Jawa yang dikreasi untuk memperingati hari atau peristiwa penting yang berhubungan dengan keagamaan. Ritual ini dilakukan untuk mengakomodir budaya lokal agar kearifan lokal tidak hilang dan masih dapat diruntut jejak asal muasalnya. Ritual ini digagas oleh para walisanga, yaitu para penyebar agama Isl;am di pulau Jawa yang amat toleran pada budaya lokal sebelum kedatangan Islam, yaitu budaya animisme dinamisme Hindu dan Budha. Para wali tidak menghilangkan budaya yang sudah mengakar dan sudah ada tetapi mereka cukup mengubah substansinya.

Bersama ini kami sajikan beberapa ritual adat masyarakat Jawa yang masih kental pengaruh kebudayaan kerajaan Jawa Islam di lingkungan keraton Surakarta dan Jogjakarta.

1. RitualKirab pusaka keraton, yaitu arak arakan mengusung pusaka keraton (tombak, keris dll) meneglilingi keraton Surakarta pada tanggal 1 Sura/ Muharram. Ritual ini berasal dari ritual hajat dalem wilujengan nagari atau ritual untuk keselamatan negara yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit. Upacara ritual kirab pusaka memiliki sifat religius magis, paercaya pada hal hal yang bersifat magis, keramat, sacral dalam pengertian memiliki 4 hal pokok yaitu arwah leluhur, pepunden, pusaka pusaka keraton dan mahluk ghaib.

2. Ritual Yaqawiyyu, yaitu ritual memperingati hari meninggalnya / haul Ki Ageng Gribik, yang adalah penyebar agam Islam di wilayah Klaten yang dilakukan tiap bulan Sapar/Saffar. Upacara ini berupa rebutan gunungan kue apem, yang dulunya diberikan oleh Ki Ageng Gribik dalam mengatasi bahaya kelaparan di wilayah Jatinom, Kalten. Dengan demikian maka masyarakat di wilayh ini dapat meneladani kesederhanaan, kemuliaan budi pekerti dan keteladanan hidup yang diberikan oleh Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng..

3. Ritual Sekaten, yaitu upacara riual memperingAti maulId atau kelahiran Rasul Allah Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh keraton Surakarta maupun Jogjakarta setiap tanggal 5 – 12 bulan Mulud / Rabiul Awal.
Terdapat 4 makna Sekaten, yaitu :

a. Merupakan ungkapan rasa kecintaan pada Nabi Muhammad dalam bingkai budaya Jawa. Sekaten berasal kata syahadatain atau kalimat syahadat (asyhaduallah illahaillah wa asyhaduanna Muhammadarasulullah) yang artinya Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan Sealin Allah dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad adalah Rasul Allah..

b. Startegi dakwah. Dahulu ketika musik gamelan dibunyikan di dalam masjid, maka orang yang datang ingin mendengarkan diminta untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dulu.

c. Ucapan rasa syukur atas limpahan rahmat dan kesejahteraan Allah pada Raja dan rakyatnya yang ditandai dengan ritual simbolik uapacara pemeberian Raja yang berupa gunungan hasil bumi yang diperebutkan.
d. Buah buahan dan sayuran merupakan smbol rakayat Jawa yang agragis.

4. Ritual Grebeg, yaitu ritual selamatan beriringan mengikuti gunungan tumpeng besar berupa hasil bumi yang diarak. Gunungan tumpeng diarak ke masjid yang diikuti oleh penghulu keraton, ulama dan rakyat. Terdapat 3 grebeg yang dilakukan oleh keraton Surakarta dan Jogjakarta, yaitu :
  1. Grebeg Mulud, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad yang diadakan tiapa bulan Mulud/ Rabiul Awal.
  2. Grebeg Sawal, untuk memperingati datangnya Hari Raya Idul Fitri diadakan tiap bulan Sawal.
  3. Grebeg Besar, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha/ Hari Raya Qurban yang diadakan tiap bulan Besar/Dzulhijah

5. Ritual Peksi Buraq, yaitu upacara memperingati peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW yang dilakukan oleh keraton Jogjakarta setiap bulan Rajab.  Dalam ritual ini digambarkan burag dengan simbol 2 ekor burung jantab dan betina yang bertengger di taman sorga. Buraq adalah kendaraan rasul pada saat Isra' Mi’raj yaitu Isra’ yang merupakan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina dan Mi'raj yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsa ke sidratul muntaha (langit ke-7) untuk memenuhi panggilan Allah..

6. RitualSadranan, yaitu upacara pemberian sesaji untuk menghormati arwah leluhur yang diadakan pada setiap tanggal 17 – 24 bulan Ruwah/Sya;ban. Biasanya ritual ini dilakukan dengan membersihkan kuburan leluhur yang telah meninggal, acara munjung atau berkunjung ke sanak famili dan ditutup dengan acara kenduri.
(Sumber : Ismail Yahya Ma. Dkk, 2009)




                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar