Punden adalah lokasi situs yang bisa berupa bangunan atau makam, sebagai tempat untuk mencari kekuatan spiritual. Punden makam biasanya dikaitkan dengan sosok cikal bakal pendiri/babat alas atau pembuka wilayah jaman dulu.
Berikut, 4 punden yang berada di wilayah Kecamatan Karangpilang - Surabaya.
1. Situs Punden Makam Kembar Mbah
Jemuwah –Lokasi Makam Kebraon Gg. Tegal,
Karangpilang - Surabaya.
Ia lupa, sudah berapakali ziarah ke makam kembar. Barangkali itu bisa dikatakan bukan ziarah lagi, karena makam kembar sudah dianggap sebagai makam tempat bermenung diri, saat ia mendapatkan dirinya lagi suntuk dan bosan dengan rutinitas. Iapun sepenuhnya sadar, bahwa makam tak mampu mengabulkan do’anya karena kematian adalah tidur panjang yang bisu. Hanya karena Ia begitu menghormati arwah leluhur, maka disempatkan juga untuk berziarah beberapa menit sambil mengenang peristiwa kematian yang cepat atau lambat pasti datang kepadanya. Suasana makam itu begitu sejuk dan damai. Di sekeliling makam terdapat banyak pohon besar dan rindang. Apalagi ditambahi dengan suara kicau burung kutilang dan prenjak disaat saat hening, membuat jiwanya tenteram dan merasa damai. Di makam kembar itu, orang biasa menebarkan bunga kembang setaman dan ubo rampe sesajian, sehingga kadang harumnya tercium karena terbawa angin. Kadang sebelum pulang, ia menyempatkan diri mengambil sekuntum bunga kenanga dari sesajen itu untuk diselipkan di daun telinganya. Dulu, ia sering tiduran di samping makam sambil melihat tingkah burung yang berkejaran di ranting pohon, tetapi setelah seekor ular menubruk pahanya, maka tiduran itu tidak dilakukan lagi.
2. Situs Punden Mbah Ireng – Lokasi samping Makam Islam Kebraon,
Jl. Kebraon II- Karangpilang - Surabaya.
Saat itu ia merasa aneh karena ada rumah cungkup kecil di tepi kuburan. Suasana yang sepi membuatnya terusik ingin masuk kedalam cungkup. Pelan pelan ia membuka pintu, lalu ia masuk perlahan dan terkejut karena tempat itu dipakai sebagai tempat ritual penghormatan arwah leluhur. Itu bisa dilihat dari bangunan kalangan yang berbentuk empat bujur sangkar, kira kira 1x1 meter panjang sisinya. Didalamya terdapat alas kain putih untuk menampung kembang setaman dan ubo rampe sesajen. Sesaat kemudian ia melakukan semedi ingin mersakan aura mistis tempat itu. Tiba tiba ia mendengar suara burung merpati yang ternyata berada diatas dahan. Merpati itu memiliki pagupon dicabang pepohonan beberapa meter dari cungkup. Suasana yang rimbun dibelakang cungkup rupanya menarik perhatian banyak burung liar, diantaranya prenjak dan perkutut. Suasana yang tenang dan adem, sungguh cocok untuk tempat ber-semedi atau tirakat malam hari. Di tiang cungkup terdapat santi aji yang bertuliskan. “Rendah dimata manusia, tinggi di mata Tuhan” “Jangan mengukur bajumu di badan orang lain” dan “Jer basuki mowo beyo”
3. Situs Punden Makam Nyai Suci. Lokasi di area Makam Bogangin,
Jl. Raya Mastrip – Kedurus-Karangpilang. Surabaya
Makam diteduhi cungkup minimalis yang cukup bersih dan asri hingga membuatnya rela untuk tiduran disamping makam. Tak jarang Ia meraih sapu ijuk yang tersedia, untuk membersihkan sisa dupa dan daun kering yang terserak terbawa angin hingga masuk ke dalam cungkup. Kain putih yang menyelimuti makam membawa oroma mistis dan suci. Pas didepan makam berkibar bendera merah putih, mungkinkah Nyai Suci dulunya bekas pejuang? Di tubuh bangunan makam terdapat ceruk untuk menebar bunga setaman. Di atas makam tersedia bacaan ayat suci Qur’an/ kitab tahlil, yang bisa digunakan untuk mengirim do’a. Didalam ruangan cungkup bisa dipakai untuk duduk santai atau tiduran. Bila bernasib mujur, maka akan bertemu banyak burung kutilang, prenjak, pipit dan perkutut yang hinggap di pohon sekitar makam dengan menyuarkan kicauannya yang khas.
4. Situs Punden Makam Mbah Kethu. Lokasi di area Makam Bogangin,
Jl. Raya Mastrip – Kedurus – Karangpilang – Surabaya.
Entah mengapa disebut Mbah Kethu. Mungkin karena terdapat kethu/songkok dan tasbih besar yang bertengger di rangka bangunan makam. Bangunan makam terbilang besar mirip menhir dengan lubang memanjang yang berfungsi untuk menebar sesajen atau kembang setaman. Suasananya yang adem dan sejuk karena semilir angin membuat makam ini kadang dibuat tiduran oleh para peziarah. Ketika ia bersemedi disisi makam, ia tiba tiba tersentak terkejut karena terdengar bunyi ranting pohon yang jatuh menimpa atap seng atau bunyi buah ketepeng yang jatuh karena tiupan angin. Taka da tanda tahun wafat bagi Mbah Kethu yang biasa terbaca pada nisan sebuah makam. Makam ini tepat dibawah pohon besar yang entah apa namanya serta pohon ketepeng yang berdiri tak jauh dari makam, sehingga makam akan menerima limpahan sampah daun dan debu, bila tak sering sering disapu, maka makam ini akan nampak kotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar