Bukankah kita lahir dalam kondisi telanjang? Tatkala isi
batin masih kosong, mata rabun, gerak minim karena pancaindera belum sepenuhnya
berfungsi dengan penuh dan tentu saja
kita belum bisa mengenali sosok sekitar kita bukan? kecuali bau air susu
(tetek) ibu, yang senantiasa menetes menanti kucupan. Ibu tak mengerti bahasa
lain, selagi kita masih bayi dalam buaian kecuali rengekan dan tangisan belaka.
Seluruh ujung syaraf sensorik-motorik kita senantiasa bergerak mencari mencari
dan berusaha mencari-kenali . Dimana saat ini aku berada? Tentunya dalam
gendong-ayunan ibu atau yang merasa bersedia menjadi “ibu” kita. Ya, kita telah
terlahir ke dunia yang terang, setelah 9 bulan 10 hari dalam dekapan hangat -
cairan ketuban indung kita, yaitu ibu. Apakah sesungguhnya yang kita pikirkan
dalam masa gendongan ini? Tentu pengharapan agar kita bisa cepat terang
melihat, lalu berusaha mendengar dan merekam apa yang diucapakan ibu. Demikian
penting arti bayi bagi ibu. Ia adalah anak yang perlu dirawat dan dijaga,
hingga suatu saat akan menjadi dewasa dan dapat hidup mandiri setelah melalui
proses dengar-belajar dari ibu. Demikian juga dengan keris pusaka yang kita
miliki, ia ibarat anak kita yang harus kita rawat dan jaga. Suatu saat keris
itu akan kita jamas (keramas), agar terhindar dari karat dan senantiasa wangi.
Keris pusaka kita simpan, hingga kelak akan kita wariskan kepada anak cucu
kita, sebagai tanda dan rasa kekeluargaan serta kehormatan.
SULUK JAGAD: "Alam terkembang jadi Ayatullah, Ayatullah terkembang jadi Guru". Selamat datang, ayo bergabung! Salam Rahayu, Sagung Dumadi! dari Paguyuban Budhiroso Sejati. Pertanyaan, kritik dan saran, harap ditujukan langsung ke roosdiansyahpribadi@gmail.com. Donasi mohon ditransfer ke Bank Mandiri Norek 140-00-1351363-6
Senin, 01 Agustus 2011
Apa Itu Keris Pusaka?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar