Sawah Kedurus
Di Pulau Jawa, luas lahan sawah pertanian, kian menyusut. Kenapa? Karena
tergusur oleh pembangunan perumahan penduduk yang kian hari terus bertambah atau berubah fungsi menjadi properti perusahaan/pabrik.
Tak dapat disangkal lagi, nasib keberadaan sawah akan terancam musnah, bila
taka ada upaya yang serius untuk mempertahankan keberadaannya. Bila sawah di
Jawa musnah, maka kemana nasib perut kita akan bergantung? Mungkin ke hasil sawah
di Pulau Papua atau Kalimantan. Pembukaan lahan sawah di kedua pulau ini
merupakan proyek besar untuk menunjang kebutuhan asupan pangan rakyat
Indonesia. Demikian juga lahan sawah di kelurahan Kedurus – Surabaya, hanya menyisakan
sekitar 25 petak atau kira kira 2 hektar saja. Namun demikian, sawah Kedurus merupakan destinasi wisata
murah oleh penduduk sekitar atau para pendatang yang datang berkumpul dengan
keluarga menggelar tikar di pinggir jalan. Pemandangan deru mesin traktor
pembajak lahan dan burung bangau yang mencari makan disamping Pak Tani
merupakan pemandangan yang eksotis kala datang jelang musim tanam tiba. Saat
ketekunan para petani tersirat dalam aksi penanaman bibit padi menimbulkan suasana
yang nyaman karena lahan telah berfungsi seperti biasanya. Ya rutinitas tanam padi di sawah merupakan
pemandangan yang penuh optimisme akan hasil panen padi yang kelak akan dituai.
Sementara itu, bila musim petik padi telah tiba, maka gairah petani sedikit
terganggu dengan keberadaan ratusan burung pipit yang terbang berkelompok lalu
hinggap di batang padi untuk makan bulir padi yang sudah menguning. Kentong-pun
dibunyikan bertalu talu, katapel disiapkan untuk mengusir hama padi musiman
itu. Hidup sebagai petani memang akan dituntut kesabarannya, serta selalu mohon
pada Tuhan agar panen musim ini, lahan bisa menghasilkan padi yang maksimal dengan harga gabah petani yang stabil.
Petani selalu berharap agar harga pupuk murah bersubsidi tidak berhenti
mengucur, serta serangan hama tidak terjadi. Selamat panen, Pak Tani!
Wahai sawah Kedurus,
Janganlah engkau pergi dari sisiku.
Hamparanmu yang sejuk menghijau membuat kami selalu bangga
Akan kesuburan tanah katuilistiwa ini.
Engkaulah anugerah Tuhan yang paling kami syukuri.
Bulir padimu yang kuning keemasan kami nanti siang dan malam.
Puji Tuhan atas hasil panen yang melimpah ini.
Demi ketahanan pangan bangsa ini,
Kami tak segan berjibaku mengolahmu, walaupun bermandikan keringat dan
lumpur.
Melenyapkan gulma dan hama merupakan tugas rutin kami,
disamping memberikanmu asupan pupuk yang memadai.
Cepat besar dan tumbuhlah, wahai padiku, agar datang rasa cintaku
pada kemurahan Tuhan, yang melindungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar