Rabu, 24 April 2013

Pitutur #8 (Apa iti meditasi?)

"Meditasi adalah salah satu jalan untuk menyadari apa itu proses kehidupan yang sedang berjalan. Ia laksana tetesan rintik air hujan di musim kemarau. Manusia modern yang gaul dalam menjalani persaingan kehidupan di masyarakat dan tidak menarik diri dari lingkungan sosial, akan selalu membutuhkan alam penyegaran dan relaksasi perasaan dan pikiran. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan aktifitas meditasi. Meditasilah sekarang juga agar segera mendapatkan kesegaran badan dan ketenangan batin sehingga  kekuatan spiritual meningkat."

Senin, 22 April 2013

Pitutur #7 (Apa itu bumi hijau?)

" Tahukan anda bahwa kiamat telah mulai datang membayang dipelupuk mata secara perlahan karena pemanasan global. Semua itu bisa terjadi karena eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali. Proses menyampahan terus meningkat sebagai hasil tumpahan limbah industri. Segera gunakan bahan daur ulang untuk bahan mentah industri anda, agar sampah bermanfaat. Sungguh, ini akan mengurangi laju pemanasan global. Bumi harus dirawat agar lestari, hentikan eksploitasi besar besaran pada satu bumi kita. Segera hijaukan planet bumi!"

Pitutur #6 Apa itu energi terbarukan?)

"Hentikan segera penggunaan energi fossil. Ganti segera energi fossil dengan energi terbaruan baik dengan bioenergi, energi angin atau energi surya . Eksploitasi energi fossil hanya akan menyebabkan perubahan fisik material perut bumi dan ini akan menyebabkan gempa bumi di masa mendatang"

Kamis, 18 April 2013

Pitutur #5 (Apa itu kumuh?)

"Kemiskinan dan kepadatan penduduk akan melahirkan lingkungan hidup yang kotor dan kumuh, oleh sebab itu dunia akan melahirkan penyakit baru yang sulit untuk diberantas, penyakit ini akan meminta banyak korban. Semuanya terjadi untuk keseimbangan alam, untuk membuat bumi lestari, bila saja Tuhan belum menghendaki terjadinya hari kiamat"

Selasa, 16 April 2013

Wangsit itu datang !

"Suatu malam yang bening, disertai alunan hawa dingin yang menyengat, aku berjalan menuju lokasi persawahan dekat rumahku. Tak ada siapapun disana. Hanya aku dan alam malam. Entah kenapa tak kudengar satupun suara binatang malam saat itu. Seperti malam biasanya ketika aku menyendiri di tepian sawah, selalu ada suara belalang dan jengkerik yang selalu mengiringi perjalananku mencari sepi. Tiba tiba langit menjadi benderang pecah oleh suara halilintar yang datang susul menyusul. Aku menggigil ketakutan, aku kedinginan. Secara reflek kutidurkan diriku di tepian sawah. Tiarap dan takut menyelimuti diriku. Tiba tiba udara menjadi dingin sedingin hawa kulkas. Apakah aku akan mati? Inikah datangnya malaikat kematian? ternyata bukan, kilatan halilintar itu membentuk pohon listrik yang sangat indah, hingga lidah apinya sampai menyentuh tanah seakan halilintar itu ingin mengurungku atau bisa jadi untuk melindungiku. Terima kasih Tuhan, ternyata lidah api halilintar itu menyelimutiku dengan sejuta pesona. Inilah wangsit terdahsyat yang aku terima malam itu". 

Mengapa pesan wangsit itu datang?
Mungkin karena kita telah terpilih. Untuk menyampaikan sedikit catatan dalam menjalani laku hidup, Suasana lingkungan yang kotor-bathin, menjenuhkan manusia, saat banyak masalah dan pikiran. Mungkin karena kita tak bosan meminta solusi?
Sebab kita tak berdaya-milik pada kekuatan politik untuk mengubah,
apa yang tidak kita suka dan ingin membuang pembuat ketidak-nyamanan hidup.
Lantas kita merengek-rajuk pada Roh Suci,
yang bertahta di singgasana arsy, langit ke tujuh. Bagaimana ia datang?
Tapi sampeyan kudu bisa membacanya.
Lho. Kalau tidak, maka wangsit akan diberikan pada orang lain,
yang- mungkin persis menjalani pemikiran yang sama,
saat menjalani peristiwa kejadian pada tatanan sosial berujung sengsara,
bila wangsit itu tak diberikan. Berat lho, suasana jiwa saat menerima wangsit itu.
Kenapa?, Itu hal yang tidak biasa, bung!
Tidak dalam kondisi kesadaran normal. Ini yang susah.
Jangan jangan kita berfikir diri kita ini,
 dalam suasana terselimuti halusinasi atau gila kerena beban kehidupan.
Wangsit datang dalam suasana ghoib? Ya, betul. Ghoib yang diluar nalar itu,
bisa membuat kita bertanya tanya tak berkesudahan.
Kok bisa? Kita sering mengalami keghoiban kecil, bukan?
lihatlah seorang bayi yang selamat dari ajal,
saat tertimbun ber-ton ton gempalan dinding gedung karena roboh-gempa,
kita pernah lihat sebuah surau selamat tegak berdiri dari luapan tsunami,
kita pernah luput dari kecelakaan pesawat terbang,
karena tiba tiba membatalkan keberangkatan dengan pesawat naas itu?
Ya, itu keghoiban, keanehan karena di luar nalar.
Biarlah orang bilang, itu peristiwa kebetulan.
Toh, suasana itu membuat sedikit perasaan kita,
merasa nyaman karena terselamatkan. Apakah mata bisa menipu?
Tidak bisa. Peristiwa sulap itu peristiwa benar,
artinya telur itu tidak hilang, tapi terselimurkan dari pandangan kita,
baik karena dipindah-tangankan atau tertutupi tabir,
yang lepas dari pengamatan kita. Hanya saja tangkapan dua-mata diperdayai,
tak secepat gerakan tangan. Dan itu keahlian-kelatihan,
bukan ke-ghoiban. Wangsit itu datangnya berkali kali.
Pertama, kita merasa aneh dan berpikir, apa itu? apa ini? Mengapa?.
Lalu saat kita lelah-capek memikirkannya, maka wangsit itu datang lagi dan mengingatkan lagi bahwa kita telah berhasil meminta petunjuk,
pada Roh Suci, roh Tuhan yang berkuasa atas jagad raya.
Untuk diberi jalan dan solusi atas dedungo kita 
pada malam malam dingin yang sepi.
$$$

 

Sabtu, 13 April 2013

Pitutur #4 (Opo iku gendeng?)

"Yen kowe urip ono ing jaman modern, ora usah kakean pikir mengko dadi penyakit jiwa. Gendeng utowo Gila. Ben uwong musti duwe masalah dewe dewe. Supoyo urip kuwi kroso enteng mulobukane sering sering wae outbond utowo hangout utowo plesiran/rekreasi, bab urip iku mung sedelo ibarate mampir ngombe. Gunakke waktu sing sedelo kuwi kanggo ngenali Gusti Allah yoiku ngenali jagad cilik lan jagad gede sinambi mirengake swaraning ati. Iku sejatine sak cuil 'wujude' Gusti Allah"

Jumat, 12 April 2013

Pitutur #3 (Apa itu KB?)

"Jumlah penduduk bumi makin meningkat kira kira 1.200.000 (tahun 2020)  kelahiran bayi  per-hari, daya dukung alam terbatas, planet bumi terasa kian menyempit. Generasi baru hidup dalam kekerasan persaingan untuk memperoleh kesejahteraan, yang kalah akan tersisih dan hidup dalam kemiskinan, maka kejahatan akan merajalela bila manusia tak memiliki moralitas yang baik. Batasi kelahiran sekarang juga, 2 anak cukup. Bila perlu yang selalu hidup dalam kesusahan tak perlu memiliki keturunan. Itu hanya akan menambah beban manusia yang lainnya saja"

Minggu, 07 April 2013

Manusia Jawa?



Apa itu Manusia Jawa?
Adalah sebuah masyarakat yang memiliki filsafat hidup yang berpusat pada konsep harmoni. Konsep hidup bermasyarakat ini memiliki 2 landasan pokok yaitu,
Pertama, menghindari konflik dan menjaga sifat hidup rukun seperti tercantum dalam peribahasa rukun agawe santoso crah agawe bubrah artinya “kerukunan akan menjadi kuat, perselisihan hanya akan mendatangkan kehancuran”.
Kedua, sikap hidup ini harus dilandasi dengan siksp saling menghormati yang bertujuan pada terciptanya keselarasan hidup. Prinsip hidup manusia Jawa juga diungkapkan dalm ungkapan tata titi tentrem karta raharja yang berarti “tertata, cermat, tenteram dan sejahtera”. Dan untuk mengontrol nilai itu manusia Jawa memiliki beberapa norma sosial yang merupakan kendali perilakunya dalam hidup bermasyarakat, yaitu rukun, tepa-slira, jujur, andhap asor, aja dumeh, tulung-tinulung, wani ngalah, wani wedi, wani isen, kepotangan budi dll.

Manusia Jawa juga mengakui adanya kekuatan yang Maha Tinggi.  Terhadap kekuatan ini manusia berada pada posisi yang lemah dan tak memiliki kekuatan apapun seperti dalam ungkapan ora ono daya pikuwat saka manungsa kajaba among saking pitulunganing Gusti Allah artinya “tiada daya dan kekuatan apapun dari manusia kecuali hanya dengan bantuan Allah”

Manusia Jawa memiliki kepercayaan bahwa “hidup itu ada yang menghidupkan”. Oleh sebab itu segala kejadian yang dialami manusia merupakan kehendak Tuhan. Pandangan ini memberikan kekuatan dan semangat hidup manusia Jawa bahwa segala perbutan  dunia ini diupayakan sebagai sarana manecapai ridho Tuhan yang membutuhkan kebaikan hidup ketika didunia (utama) dan meninggalkan perbuatan buruk atau (nistha) sehingga dapat mencapai derajat manusa utama (manungsa utama). Kehendak yang kuat ini bertujuan untuk mencapai manunggaling manungsa kelawan gusti atau “bersatunga antara manusia dengan Tuhan” yang secara simbolis harus dipahami sebagai kembalinya manusia pada asalnya. Dalam hal ini manusia Jawa melambangkan kesatuan itu sebagai warangka (sarung keris) dengan curiga (mata keris).
 
Manusia Jawa percaya pada takdir Allah, pasrah ing ngarsa gusti atau pasrah pada kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang menimpa dirinya selalu dikembalikan dan dilandasi pada adanya kemurahan Tuhan sesuai dengan ungkapan nrimo ing pandum, artinya segala rejeki yang diterimanya dipercaya merupakan kehendak Tuhan.

Manusia Jawa meyakini bahwa hidup itu hanya sebentar dan harus dilanjutkan untuk menjalani perjalanan panjang untuk menuju Tuhan Yang Maha Pencipta, sesuai ungkapan urip iku mung saderma mampir ngombe artinya “hidup itu hanyalah sekedar mampir untuk minum”. Oleh karena itu hidup adalah kesempatan untuk mencari bekal sebanyak banyaknya, bukan bekal harta melainkan bekal kebajikan dan amal perbuatan luhur.

Manusia Jawa memiliki sifat pasrah dan sumarah, dalam artian manusia sekedar berusaha sedangkan Tuhanlah yang menentukan sesuai dengan ungkapan beja cilaka dipesti pangeran atau “kebahagiaan dan penderitaan manusia ditentukan oleh Tuhan”

Manusia Jawa memiliki kebiasaan laku prihatin, yaitu pengekangan hawa nafsu yang diungkapkan dengan cegah dahar kelawan guling atau “mengurangi makan dan tidur” Bila ini dilaksanakan, maka akan diperoleh kebersihan lahir batin yang dilandasi oleh sikap eling lan waspada (selalu ingat dan waspada kepada Tuhan) terhadap keburukan yang datang dan godaan nafsu. Beberapa laku lain yang biasa dilakukan oleh manusia Jawa adalah semedhi, tirakat, tingkeban, brokohan, sepasaran, selapanan dan tedhak siten.
(Sumber : Ismail Yahya MA Dkk, 2009-3)

Ritual Adat Kejawen?



Apa itu ritual adat kejawen?
Adalah prosesi upacara kegiatan budaya lokal Jawa yang dikreasi untuk memperingati hari atau peristiwa penting yang berhubungan dengan keagamaan. Ritual ini dilakukan untuk mengakomodir budaya lokal agar kearifan lokal tidak hilang dan masih dapat diruntut jejak asal muasalnya. Ritual ini digagas oleh para walisanga, yaitu para penyebar agama Isl;am di pulau Jawa yang amat toleran pada budaya lokal sebelum kedatangan Islam, yaitu budaya animisme dinamisme Hindu dan Budha. Para wali tidak menghilangkan budaya yang sudah mengakar dan sudah ada tetapi mereka cukup mengubah substansinya.

Bersama ini kami sajikan beberapa ritual adat masyarakat Jawa yang masih kental pengaruh kebudayaan kerajaan Jawa Islam di lingkungan keraton Surakarta dan Jogjakarta.

1. RitualKirab pusaka keraton, yaitu arak arakan mengusung pusaka keraton (tombak, keris dll) meneglilingi keraton Surakarta pada tanggal 1 Sura/ Muharram. Ritual ini berasal dari ritual hajat dalem wilujengan nagari atau ritual untuk keselamatan negara yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit. Upacara ritual kirab pusaka memiliki sifat religius magis, paercaya pada hal hal yang bersifat magis, keramat, sacral dalam pengertian memiliki 4 hal pokok yaitu arwah leluhur, pepunden, pusaka pusaka keraton dan mahluk ghaib.

2. Ritual Yaqawiyyu, yaitu ritual memperingati hari meninggalnya / haul Ki Ageng Gribik, yang adalah penyebar agam Islam di wilayah Klaten yang dilakukan tiap bulan Sapar/Saffar. Upacara ini berupa rebutan gunungan kue apem, yang dulunya diberikan oleh Ki Ageng Gribik dalam mengatasi bahaya kelaparan di wilayah Jatinom, Kalten. Dengan demikian maka masyarakat di wilayh ini dapat meneladani kesederhanaan, kemuliaan budi pekerti dan keteladanan hidup yang diberikan oleh Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng..

3. Ritual Sekaten, yaitu upacara riual memperingAti maulId atau kelahiran Rasul Allah Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh keraton Surakarta maupun Jogjakarta setiap tanggal 5 – 12 bulan Mulud / Rabiul Awal.
Terdapat 4 makna Sekaten, yaitu :

a. Merupakan ungkapan rasa kecintaan pada Nabi Muhammad dalam bingkai budaya Jawa. Sekaten berasal kata syahadatain atau kalimat syahadat (asyhaduallah illahaillah wa asyhaduanna Muhammadarasulullah) yang artinya Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan Sealin Allah dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad adalah Rasul Allah..

b. Startegi dakwah. Dahulu ketika musik gamelan dibunyikan di dalam masjid, maka orang yang datang ingin mendengarkan diminta untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dulu.

c. Ucapan rasa syukur atas limpahan rahmat dan kesejahteraan Allah pada Raja dan rakyatnya yang ditandai dengan ritual simbolik uapacara pemeberian Raja yang berupa gunungan hasil bumi yang diperebutkan.
d. Buah buahan dan sayuran merupakan smbol rakayat Jawa yang agragis.

4. Ritual Grebeg, yaitu ritual selamatan beriringan mengikuti gunungan tumpeng besar berupa hasil bumi yang diarak. Gunungan tumpeng diarak ke masjid yang diikuti oleh penghulu keraton, ulama dan rakyat. Terdapat 3 grebeg yang dilakukan oleh keraton Surakarta dan Jogjakarta, yaitu :
  1. Grebeg Mulud, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad yang diadakan tiapa bulan Mulud/ Rabiul Awal.
  2. Grebeg Sawal, untuk memperingati datangnya Hari Raya Idul Fitri diadakan tiap bulan Sawal.
  3. Grebeg Besar, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha/ Hari Raya Qurban yang diadakan tiap bulan Besar/Dzulhijah

5. Ritual Peksi Buraq, yaitu upacara memperingati peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW yang dilakukan oleh keraton Jogjakarta setiap bulan Rajab.  Dalam ritual ini digambarkan burag dengan simbol 2 ekor burung jantab dan betina yang bertengger di taman sorga. Buraq adalah kendaraan rasul pada saat Isra' Mi’raj yaitu Isra’ yang merupakan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina dan Mi'raj yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsa ke sidratul muntaha (langit ke-7) untuk memenuhi panggilan Allah..

6. RitualSadranan, yaitu upacara pemberian sesaji untuk menghormati arwah leluhur yang diadakan pada setiap tanggal 17 – 24 bulan Ruwah/Sya;ban. Biasanya ritual ini dilakukan dengan membersihkan kuburan leluhur yang telah meninggal, acara munjung atau berkunjung ke sanak famili dan ditutup dengan acara kenduri.
(Sumber : Ismail Yahya Ma. Dkk, 2009)




                

Apa Itu Kejawen?



Apa itu Kejawen ?
Kejawen adalah pandangan hidup orang Jawa, yang menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, keseimbangan, sikap menerima terhadap semua peristiwa yang terjadi, sambil menempatkan individu dibawah masyarakat dan alam semesta.

Apa isi Kejawen?
Isi dari Kejawen adalah nilai nilai, etika dan spiritualitas yang terinspirasi dari tradisi Jawa. Masyarakat secara turun temurun mewarisi kekayaan, pengetahuan dan kebudayaan Kejawen ini.
Secara umum masayarakat Jawa diajarkan untuk menjalani hidup dengan mengikuti :
1. Tata urip atau tata hidup yang bermakna dalam kehidupannya, seseorang harus merencanakannya dengan baik agar tercapai apa yang dicita-citakannya.
2. Tata krama yang bermakna seseorang harus memiliki perilaku sopan santun dan unggah ungguh dalam hidup bermasyarakat.
3. Tata laku yang bermakna dalam setiap langkah kehidupannya seseorang harus memperhitungkannya dengan cermat.
Untuk memperoleh hidup yang bahagia dunia akhirat dengan jalan Kejawen, maka seseorang harus mampu memahami jagad gede (alam semesta) dan jagad cilik (diri pribadi). Setelah mampu memahami kedua jagad itu, maka harus mampu pula untuk menyatukannya agar diperoleh  keselarasan hidup. Konsep filosofi ini diwujudkan dalam 5 hal, yaitu :

1. Manunggaling kawula kalawan Gusti (bersatunya manusia dengan Sang Pencipta), yang diwujudkan dalam bentuk melenyapkan egoisme dan ke-akuan sehingga akan tercapai dunia yang sesungguhnya. Berikut 4 jalan mistik atau laku batin yang harus dilalui : 

a. Panekung, artinya semedhi secara khusyuk dan tak tergoda oleh ap
b. Dyana, artinya tekad kuat lahir bathin yang untuk sampai kepada Tuhan. 
c. Sumarah / Sumeleh artinya tidak mengharap apapun kecuali haknya. 
d. Paramita artinya kehidupan lahir batin yang menuju kesempurnaan, yaitu sikap legawa (baik hati), susila (sopan), waspada, tepa slira (rendah hati) dan wicaksana (bijaksana)

2. Memayu hayuning bawana (penciptaan hidup dalam kedamaian di bumi), yang dilakukan untuk memberikan rasa tenteram, tidak tertekan, nyaman dan mengedepankan prinsip kemanusiaan (semua harus dihormati tanpa melihat status dan pangkat derajatnya)

3. Sepi ing pamrih rame ing gawe (giat bekerja bukan karena dilandasi besarnya imbalan)

4. Sangkan paraning dumadi (memahami darimana berasal, dimana ia hidup dan hendak kemana) 

5. Budi luhur (berakhlak mulia)

(Sumber : Ismail Yahya, MA dkk, 2009-18)