Sabtu, 25 Juni 2011

Apa Itu Roh Gentayangan?



Budhiroso percaya bahwa kematian manusia yang tak wajar atau tidak diatas peraduan atau tempat tidur, maka bisa menimbulkan efek kegelisahan pada jiwa sanak sadulur, oleh karena itu roh gentayangan harus diberi sesaji atau ubo rampe yang berupa sedekah/kenduri dengan makanan kesukaan dikala masih hidup agar jiwanya tenang dan tenteram di alam roh. Sedekah itu bisa diberikan pada manusia, binatang atau membiarkan makanan itu menjadi basi sampai kering. Sesaji ubo rampe diatas layah/piring keramik (dibiarkan sampai kering itu) diberikan saat weton kelahiran si mati yaitu 36 hari sekali dan di taruh di bekas ruangan kamar tidur, boleh juga menambahi merendam kembang setaman dalam cuwo/tempayan kecil yang terbuat dari tanah liat, seminggu kemudian bunga dibuang pada hari Jum'at.

Apa Itu Mati ?


Mati adalah situasi dimana roh manusia yang suci meninggalkan badan wadag atau jasad manusia karena jasad itu telah rusak atau tak berfungsi secara biologis.
Setelah mati roh manusia akan mengembara di alam roh.

Budhiroso percaya bahwa alam roh terbagi dalam sekat sekat spektrum, artinya ada alam roh putih, alam roh hitam dan lain lain. Alam roh putih akan dihuni oleh roh manusia yang dengan sukarela meninggalkan jasad kasarnya, ia rela dan berhasil melepaskan diri dari samsara.
Alam roh hitam akan dihuni oleh roh manusia yang belum rela meninggalkan badan kasarnya atau mati secara tak rela/wajar, seperti kecelakaan, dibunuh atau mati karena banyak pikiran/beban, misalnya banyak hutang atau masih ingin mendapatkan samsara.

Proses mati dapat dimisalkan sebagai berikut :
Ambil contoh sebotol kaleng cocacola, bila matinya wajar, maka "tutup" cocacola itu dibuka oleh molaikat Mikhail kemudian isinya atau ruhnya dihisap/diambil, bila matinya tak wajar, maka itu bisa dimisalkan sebotol kaleng cocacola yang terlindas ban mobil, maka isi cocacola atau ruhnya muncrat tak tentu arah atau gentayangan. Agar ruh itu bisa mendapat perlakukan wajar di pengadilan akhirat, maka harus diadakan ritual dengan kenduri dan doa doa. 





Apa itu Hidup?

 Budhiroso percaya adanya alam ruh, yaitu alam yang dihuni manusia setelah mengalami kematian raga atau sebelum lahir ke dunia atau sebelum ada di perut ibu.

Budhiroso mengangggap bahwa hidup adalah proses menjalani "hukuman" didunia dengan dikaruniai "kenikmatan rasa-fungsi indrawi", "akal, nafsu dan perasaan", "anugerah alam seisinya" dan "sebagai wakil Tuhan untuk mengelola alam itu (khalifatullah)". 



Darimana kita berasal?

Ini menjadi pertanyaan yang terasa sulit untuk dijawab dan selalu menjadi perdebatan para ahli filsafat.Budhiroso memiliki pandangan tersendiri tentang asal usul manusia. Setelah Tuhan menciptakan jagad raya, maka ia bermaksud mengisi jagad raya itu dengan mahluk yang memiliki 3 tingkatan. Tingkatan pertama adalah manusia, tingkatan kedua adalah hewan dan tingkatan ketiga adalah tumbuhan. Manusia pertama laki laki adalah Adam yang tinggal di sorga, lalu Adam diberi pendamping seorang wanita, yaitu Hawa. Mereka hidup dengan bahagia di sorga, sampai suatu ketika timbul bujuk rayu Iblis yang berwujud seekor ular. “Hai, Adam makanlah buah khuldi, maka engkau akan mendapatkan hidup kekal di sorga” rayu Iblis. Hawa tak tahan dengan godaan ini, maka ia menyuruh Adam memetikkan buah itu lalu mereka berdua memakan buah yang sebelumnya merupakan buah larangan Allah. “Tinggallah engkau di sorga dan jangan dekati buah ini (khuldi)” Allah berfirman suatu ketika. Nampakanya bujuk rayu Iblis lebih mengena ke telinga Adam. Mereka makan buah itu, lalu Allah murka dan kemudian menghukum Adam dan Hawa dengan “membuang” mereka ke dunia (bumi) hingga sampai suatu saat yang ditentukan (kiamat). Allah menciptakan matahari untuk menamani Adam dan Hawa disiang  hari sedang bila malam mereka akan ditemani oleh rembulan.

Bagaimana menerangkan kisah pembuangan ini?
Sebelumnya Allah telah menciptakan terlebih dulu tumbuhan dan binatang. Pada saat diusir dari sorga, Adam dan Hawa - diikuti Iblis- diturunkan ke dunia (bumi). Allah meniupkan Roh Adam dan Hawa pada janin Pithecantropus Erectus (monyet yang berdiri tegak) yang berada di wilayah Wadi Al Shatii - Libya (Wadi adalah wilayah dengan sumber mata air purba - lihat gambar dengan lingkaran merah), lalu janin itu membesar dan lahirlah seorang "anak manusia" yang kelak setelah besar merasa malu dalam kondisi telanjang  lalu menutupi alat kelaminnya dengan dedaunan dan kulit kayu, penutupan ini juga untuk menlindungi organ vital itu. Hanya Adam dan Hawa yang memiliki rasa malu, sementara inangnya tidak, oleh karena itu dalam perkembangannya Adam dan Hawa berevolusi menjadi manusia yang lebing tinggi tingkatannya dari monyet. Adam dan Hawa memiliki 3 anak, dua laki (Habil dan Kabil) dan 1 anak perempuan (Siti Romlah) . Pada saat menjelang dewasa, Habil dan Kabil berebut adiknya, Siti Romlah untuk dikawini. Atas kebijaksanaan sang ayah, Adam, maka Habil berhak mendapatkan Siti Romlah, dengan persembahan sebuah domba ke pada ALLAH, tapi Kabil berhasil membunuh Habi dan merebut Siti Romlah. Dari perkawinan ini menghasilkan 13 keturunan, yang akhirnya menjadi cikal bakal bangsa bangsa di muka bumi, maka beranak pinaklah Adam dan Hawa di bumi hingga sekarang. Jadi keberadaan kita di dunia ini karena leluhur kita Bapa Adam dan Ibu Hawa telah melanggar larangan. Itu berarti leluhur kita itu telah melakukan perbuatan dosa. Lalu keturunan Adam dan Hawa menebus dosanya dengan tinggal di planet bumi, sampai waktu yang ditentukan (kiamat).

(Wilayah Wadi Al Shatii, Libya : tempat awal diturunkan Adam dan Hawa dari sorga)

Minggu, 19 Juni 2011

Syair Lagu Lir Ilir

LIR ILIR
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo

Terjemahan lagu Lir Ilir.
  1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
  2. Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
  3. Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
  4. Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
  5. Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
  6. Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
  7. Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
  8. Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
  9. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
  10. Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
  11. Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
  12. Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
  13. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
  14. Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
  15. Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
  • Makna yang terkandung lagu di atas adalah sbb:
  1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
  2. Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
  3. Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
  4. Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
  1. Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
  2. Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
  3. Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
  4. Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
  1. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
  2. Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
  3. Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
  4. Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
  1. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
  2. Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
  3. Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas  ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!…… Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita gaungkan syiar Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

( Sumber : menone.wordpress.com)
Sunan Kalijaga alias Raden Mas Said, satu diantara Walisongo, 
penyebar agama Islam di  Pulau Jawa

Kamis, 16 Juni 2011

Apa Itu Sanggar Yogadi?



Yogadi adalah nama "Sanggar Olah Spiritual" Aliran Kebatinan Budhiroso

> Aku melihat orang melakukan meditasi Samadhi dengan duduk bersila berjarak 1 meter satu dengan yang lainnya. Seorang guru melafalkan huruf hanacaraka, dari huruf pertama ha  sampai huruf terakhir nga dan ucapan Guru inii diulangi dengan jeda selang 2 menit. Ini diucapkan selama minimal 15 menit. Selama jeda, para pemeta (sebutan untuk peserta meditasi) diam mematung hanya mendengarkan suara nafas yeng keluar dari hidung, lain tidak. Dengan suara hanacaraka yang keras tapi lembut itu, membuat hati terasa nyaman dan bangga.

> Aku melihat orang duduk bersila berjarak 2 meter satu dengan yang lainnya. Mereka diam dengan mata terpejam,  lalu tangan mereka melakukan gerakan tak beraturan, kadang seperti menari tapi tidak menari, kadang seperti memukul dengan pelan tapi tidak memukul. Ya, mereka sebenarnya bukan menggerakakan tangannya, tapi mereka menggerakan “gerakan hati”nya. Gerakan ini untuk menyehatkan jiwanya, yang tak nampak itu. Gerakan ini juga untuk mengolah ketajaman daya tangkap imajinasinya agar bisa bertindak lebih kreatip.  Guru hanya menuntun gerakan mereka dengan melalui bunyi ketukan penuntun. Setiap mendengarkan suara ketukan guru, maka serentak mereka akan mencari gerakan baru –terserah apa gerakan itu, tentu sesuai dengan krenteking ati (gerak hati). Hal yang dilarang dalam meditasi Obori ini adalah gerakan otang kesurupan, karena bisa merusak suasana yang kidmat. Biasanya meditasi ini diiringi dengan musik meditasi yang diambil di Youtube.

> Aku melihat orang sedang relaks tiduran, dengan sikap tenang tak bersuara. Tangan lurus sejajar tubuh, tidak mengepal , tetapi tangan itu pasrah terbuka dengan lunglai untuk mengalirkan darah dengan lancar. Selama tiduran itu mereka dilarang bergerak atau berusaha tidak bergerak. Seperti layaknya orang mati, mereka dilarang berpikir karena yang dicari adalah relask total. Diharapkan mereka dapat mengendalikan perasaanya dengan membayangkan menjadi seekor kumbang yang mengisap madu dari satu bunga ke bunga lainnya. Inilah yang disebut meditasi Matipikir itu.

> Aku melihat sekumpulan orang melakukan Budhi Yoga untuk mendapatkandi kesehatan dengan cara latihan pernapasan, olah tubuh disertai dengan memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya secara keseluruhan.

> Aku melihat disamping sebagai tempat meditasi, sanggar  ini manfaatkan juga sebagai tempat  untuk bertukar pikiran, berdiskusi atau saling bercerita, bertukar pengalaman hidup untuk kemajuan Paguyuban. 

Rabu, 15 Juni 2011

Apa itu Inti Ajaran Budhiroso?

Budhiroso adalah aliran kebatinan yang mengandung ajaran budi pekerti, welas asih, manekung dan perilaku hidup yang disadap dari fenomena wujud dzat alam semesta dan dijiwai oleh semangat organisasi berlatar filsafat budaya Jawa  yang didirikan pada tanggal 10 Oktober 2008 oleh  Roosdiansyah Pribadi alias Ahmad Nur Syifa Al-Kedurusi alias Cak Paidi alias Ki Ageng Salam bergelar Rakryan Ario Chandrasekar artinya "pemangku tugas negara yang utama,  yang menebarkan  harum bunga kehidupan, laksana sinar rembulan".  
Ajaran  Aliran Kebatinan Budhiroso berintikan ajaran "Enggal podo gegayuhan tetandur budhi, mengko ing tembih mburi bakal ngunduh wohing pakarti"  atau "Segeralah menanam budi baik untuk siapa saja, pada akhirnya nanti akan memetik hasilnya"

$$$

Mengapa Kejawen ?

Kejawen adalah ajaran budi pekerti Jawa
yang ruang lingkup umumnya berisikan tentang seni, budaya,
tradisi, ritual, sikap serta filosofi hidup yang mayoritas dianut oleh orang-orang Jawa. Kejawen bisa dianggap sebagai  Agama Lokal. Budhiroso merupakan aliran Kebatinan yang beraroma Kejawen, tapi bukan merupakan atau tak mentasbihkan dirinya sebagai Agama, tetapi hanya merupakan "jalan pencerahan perilaku hidup yang beraroma budaya Jawa/sufistik Jawa"

Tahun 1956, Kantor Departemen Agama di Yogyakarta  melaporkan bahwa terdapat 63 sekte Aliran Kepercayaan di Jawa yang tidak termasuk dalam agama-agama resmi di Indonesia (sumber: wikipedia). Sekarang kira kira terdapat 241 aliran Kejawen (sumber : perkiraan pribadi) yang tersebar diseluruh dunia, khususnya di Pulau Jawa. 5 diantara ajaran kejawen itu memiliki pengikut terbesar, yaitu subud, pangestu, saptadharma, sumarah dan maneges.

Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun Kristen. Gejala sinkretisme ini sendiri dipandang bukan sesuatu yang aneh karena dianggap memperkaya cara pandang terhadap tantangan perubahan zaman.


Selasa, 14 Juni 2011

Apa Itu Aliran Kebatinan Budhiroso?

Aliran Kebatinan Budhiroso adalah suatu energi yang mengalir dalam jiwa manusia untuk menjadi kekuatan spiritual yang menuntun tingkah laku sehari-hari agar dapat memperoleh jalan terang dalam mengarungi kehidupan sehingga mampu mendapatkan solusi tepat bila mendapat kesulitan hidup.

 Ajaran aliran kebatinan Budhiroso berlandaskan nilai budi pekerti, 
welas asih, manekung dan perilaku hidup yang disadap 
dari fenomena wujud alam semesta 
dan telah berafiliasai dengan filsafat budaya Jawa.
Aliran ini untuk diagem/dipakai oleh diri pribadi atau 
kelompok dan boleh 
disebarkan secara langsung dari mulut ke mulut atau 
dengan mendirikan sanggar atau padepokan. 
Aliran Kebatinan  Budhiroso punya Kitab Paweruh/Piwulang/ Pengetahuan 
yang berguna untuk menikmati/menjalani hidup bahagia
di alam dunia dan akhirot 
yang bernama Kitab Songgolangit


Ir. Roodiansyah Pribadi alias Ahmad Nur Syifa Al-Kedurusi, adalah alumni ITB Bandung, pendiri Aliran Kebatinan Budhiroso, yang didirikan tanggal 10 Oktober 2008 di Surabaya. Lahir di Surabaya pada tanggal 10 Oktober 1963 oleh pasangan Ayah H.Ridwan (Surabaya)  dan Ibu Hajjah Roosmiati (Lumajang)


$$$$$